Kumpulan Kisah Nyata

ini blog yang berisikan kisah-kisah seks sedarah. bagi agan-agan yang tidak berminat dengan konten ini silahkan di minati. wkwkwkw

Monday, April 22, 2019

DILEMA CINTA SIMALAKAMA XIX

"Puasi aku" kata Reno.
Aku terdiam, tidak tahu apa yang harus ku lakukan. Kata-kata Reno berdengung di telingaku. Aku masih menimbang-nimbang perkataannya. Serius atau hanya ancaman.

Reno menatapku tajam, kemudian melangkahkan kakinya. Dia mau pergi meninggalkan ku. Aku beringsut cepat, aku tarik tangannya.

"Kakak harus bagaimana?" tanyaku.
"Inisiatif dong". Jawabnya ketus.

Perlahan tangan ku terangkat. Menyentuh gundukan penisnya dari luar celana. Terasa di tanganku daging kenyal yang cukup besar.  Aku tarik tanganku. Malu rasanya meraba penis adik kandung sendiri. Reno menatapku kemudian berbalik ke arah pintu.

Klik.

Reno mengunci pintu kamarku dari dalam.
"Tidak ada halangan lagi sekarang kan?".
Reno membuka ikat pinggang bersimbol bayangkari. Menurunkannya. Kemudian menurunkan boxer dan celana dalamnya. Dengan posisiku masih bersimpuh di depannya. Sekarang penis tegangnya persis menunjuk-nunjuk kemukaku.

Malu, bingung, geli dan takut bercampur jadi satu. Sekarang kemaluan adik kandungku terpampang di depan mata. terbayang penis pak prima beberapa tahun silam. Serupa tapi tak sama.

Penis Reno lebih kuning langsat, kepala nya memerah. Aku masih tertunduk malu, meskipun ini bukan penis pertama yang aku lihat.

"Ayo" hardik Reno.

Aku julurkan tanganku, menggenggam penis nya. Aku kocok perlahan. Maju mundur tanpa berani menatap apa yang sedang aku kerjakan. Penis nya berkedutan. Terdengar nafas Reno mulai mengebu. Ntah dorongan dr mana aku jadi bersemangat untuk mempercepat tugasku. Tapi setelah hampir lima menit, pekerjaan ini belum menampakkan tanda-tanda akan selesai. Aku toleh ke atas. Reno sedang menatapku. Aku baru sadar kalau aku masih dalam kondisi telanjang.

"Tangan kakak pegal dek". Lirihku. Masih takut dia marah. Aku tetap memberikan servis yang aku anggap baik untuknya.

Reno menarik lenganku, di bimbing nya aku ke arah ranjang. Aku direbahkan.
"Jangan dek, ini tidak boleh. Kakak kocokin aja ya sampe keluar. Jgn lebih dari ini". Pintaku.
Reno masih diam saja. Penis nya masih di sodorkan kearahku. Aku berbaring dengan kepala tersanggah bantal. Berbaring miring ke arah kanan. Reno berdiri menghadap ku.

"Kakak tidak pernah merawat vagina kk lagi?" reno mengelus rambut pubisku. Aku diam saja.
"Wanita itu harus merawat barang mereka, karna banyak kuman dan bakteri yg di hasilkan oleh lendiri ini". Kata Reno sambil mulai mengelus vaginaku. Dia memainkan klitorisku, menarik lendir dari lubang dan di arahkan sebagai pelumas. Aku mulai menggelinjang. Rasa nikmat itu mengalir ke seluruh tubuhku. Aku sudah tidak bisa fokus lagi dengan tugasku, aku mulai menikmati setiap elusan jari jemarinya di area paling sensitif yang aku miliki. Pinggulku makin lama makin mengikuti arah tangannya. Tangan kiriku tanpa ku perintah menekan tangan nya untuk terus menggosok klitoris ku. Bahkan aku yang membimbing tangannya agar lebih cepat. Nafasku makin memburu. Aku sudah tidak ingat dunia lagi. Aku mau merasakan puncak dari kenikmatan ini.

Agh...agh..agh... Terus dek ahh.. Ah...

Desahan nakal tak henti keluar dari bibir ini, tidak ada lagi rasa malu, tidak ada lagi rasa takut, tidak lagi sadar bahwa tangan yang sedang mengelus kewanitaan ku ini adalah tangan yang dulu mungil bergelayut dalam gendongan ku. Tangan ini sudah sangat kekar, gagah membuai wanita menuju surga dunia.

ahhhhh hhhhhhhhhh....

Aku lengkungkan pinggangku, menekan tanganka terus menempel. Aku mencapai klimaks. Aku puas.

Nafasku masih tersengal-sengal ketika aku sadar reno sudah merapikan celananya. Dia cium keningku, dan beranjak meninggalkan kamar.

BERSAMBUNG

Thursday, March 22, 2018

DAFTAR CERITA

Monday, January 15, 2018

DILEMA CINTA SIMALAKAMA XVII

Sinaran lampu ruko memperjelas sosok lelaki yang sekarang berada di belakangku. Aku dengan cepat menaikkan celanaku kembali. Begitu juga reno. Penis nya yang sudah maksimal dia masukkan lagi kedalam sarangnya. Raut kekecewaan jelas tampak dari sorot matanya. Dia tak mau melihatku. Aku menoleh ke kiri. Kulihat sepasang sejoli tadi juga sudah bergegas mau meninggalkan tempat. Akupun begitu. Hujan sudah tidak deras lagi.
Di sepanjang jalan pulang kami diam membisu sejuta bahasa. Aku takut mau memulai percakapan dengan Reno. Wajahnya sangat serius terlihat dari kaca spion.
"HEI ANJING. BUKAN JALAN NENEK MU INI!!". Reno mengumpat keras ketika ada sepeda motor ngebut keluar dari gang.
Motor tadi berhenti.
"Mau mati kau!"  gumam reno sambil memberhentikan motornya.
"Adek, jangan." aku tarik tangannya. Aku tahan dia agar tidak menghampiri pengendara motor td.
"SINI KAU, BIAR KU HABISI KALIAN DI SINI".
Aku peluk reno dari belakang sambil berusaha keras menanhannya.
Aku bikin gerakan tangan seperti mengusir kearah bapak pengendara motor tadi. Aku harap dia mengerti. Tapi si bapak malah jadi makin emosi. Dan menghampiri kami.
"APA KAU BILANG. MASIH BOCAH SUDAH KURANG AJAR SEKALI KAU!" Teriaknya.
Reno menggerakkan badannya dan pelukanku terlepas. Aku baru mau mengejarnya ketika tinju reno sudah telak menghampiri dagu bapak tadi. Dia tersungkur.
"RENOOOOO!!!!!! UDAH... "
Aku berdiri di tengah tengah mereka membentangkan tanganku. Aku peluk reno dan aku dorong dia kebelakang.
"PAK LARI PAK. ADIKKU BAWA SENJATA API".
Bapak tadi terhuyung-huyung berdiri. Kemudian menghidupkan sepeda motornya. Dan pergi meninggalkan kami.
Aku dorong reno ke motor kami.
"Adek kenapa sih, kok marah-marah gak jelas gini".
Dia diam saja sampai kerumah.
"Kakak yang kasih makanannya sama papa. Tuh dia masih di ruang kerjanya." suara reno sudah lembut dan tenang. Kemudian dia langsung naik ke atas.
Tak banyak basi ketika aku memberikan makanan kepada papa. Dia juga menanggapi dingin. Aku langsung naik ke kamarku.

AMARAH
Pagi ini aku tak ada kegiatan. Aku ingat aku punya akun lama yang jarang di pakai. Aku buka. Aku tersenyum sendiri melihat namanya. Aku lupa kenapa aku menggunakan nama samaran ini. Ada ratusan notif. Dan puluhan chat dari orang-orang yang mau ngajak kenalan. Ada satu yang lumayan cakep. Aku balas.
Tak terasa hari sudah hampir jam 2. Aku masih chatingan dengan laki-laki tadi. Entah kenapa aku nyaman sekali chating dengannya. Tata bahasa nya bagus. Gombalan2 nya juga lucu dan membuat pipiku merah. Dia minta fotoku. Dan aku kirim.
"Kamu cantik ya. Walau belum mandi". Balasnya
Aku makin tersipu. Aku juga minta fotonya.
"Bentar abang foto dulu. Mau yang pose gimana?".
"Yang seksi. Wkwkwkw" balasku.
Satu foto masuk. Aku buka. Wow. Fotonya bertelanjang dada. Bodinya keren. Otot-otor perutnya terlihat jelas. Kotak-kotak dan basah oleh keringat.
"Kok abg keringetan gitu". Balasku
"Abg lagi olah raga. Biar tar kuat klo mau push up di atas adek". Balasnya.
"Push up kok di atas aku sih".
"Push up gini." dia kirimkan foto sepasang sejoli lagi bersetubuh dengan pose laki-laki di atas. Aku merasa kewanitannya berkedut dan basah melihat foto ini.
"Abg mesum ih". Balasku.
Chat kami berlanjut makin panas. Aku makin terbuai dengan kata-katanya.
"Pengen liat adek bugil dong." balasnya.
Entah setan mana yang merasukiku hingga aku mengirimkan foto bugilku. 4 pose berani meskipun aku tak memperlihatkan wajahku.
"Abg.. Aku udah basah. Masukin sayang". Balasku lewat pesan suara.
Chat kami berlanjut dengan pesan suara. Desahan-desahan ku kirimkan padanya. Aku sudah benar-benar bernapsu.

Pintu kamarku terbuka. Reno berdiri di depan pintu dan menatapku tajam.
Dia langsung masuk dan merampas hp ku.
"DASAR CEWEK MURAHAN!!!" Bentaknya.
Aku ketakutan sekali. Semua napsu yang tadi menguasai diriku menguap.
"Jadi ini kerjaan kakak tiap hari. Mengobrol tubuh keorang lain." maki reno
Aku terdiam. Tak berani menatapnya.
"Ini tak bisa di biarkan. Ini harus di laporkan ke papa".
Aku kaget dengan ucapan reno. Aku langsung berlutut dan memeluk kakinya.
"Jangan dek. Jangan, papa bakalan tambah marah ke kakak. Lebih baik adek bunuh saja kakak. Kalau adek sudah marah juga dengan kakak. Tidak ada lagi gunanya kakak hidup." aku menangis di kaki reno. Aku tidak memperdulikan kondisiku yang masih telanjang di hadapannya.
"Aku akan cari laki-laki ini, bakal kuhabisi dia" Jawab reno.
"Jangan dek, masalahnya bakal tambah besar. Kakak akan lakukan apa aja untuk adek asal adek mau maafin kakak".

Reno menarik tanganku. Aku berdiri di hadapannya.

"Puasi aku".

BERSAMBUNG


Thursday, August 3, 2017

DILEMA CINTA SIMALAKAMA XVI

Tidak ada yang begitu istimewa dari Mall yang baru buka. Cuma hiburan dari artis ibukota dan semua toko memberikan discont. Yang istimewa adalah adik ku. Sepanjang jalan dia tidak pernah melepaskan tanganku. Mulai dari turun dari parkiran aku di perlakukan dengan sangat baik. Dia terus menawari, "kakak mau ini" atau "kakak mau itu". Aku kebanyakan menggeleng. Di ajak jalan saja aku sangat senang. Aku melihat beberapa laki-laki menatap ku dengan pandangan kagum. Kagum plus mesum. Dan cewek-cewek ABG juga banyak yang curi-curi pandang ke arah Reno.

Kami cuma keliling-keliling, makan di food court, nyobain bilik film 4D. Aku teriak-teriak ketakutan. Zombi-zombi dalam film itu seolah-olah nyata dan mau menarikku. Aku peluk Reno kuat-kuat. Dari pada melek aku lebih sering  memejamkan mata. Takut.

" tuh kan suara kakak jadi parau. Kebanyakan teriak. Dia yang ngajakin dia yang ketakutan". Celoteh Reno pas kami sudah keluar. Dia memberikan aku sebotol air mineral.
"Kapok kakak nonton yang beginian. Nonton film yang biasa aja deh lain kali. Gak usah yang kayak nyata gitu". Jelas ku.

Tak terasa hari sudah menunjukkan pukul 9 malam. Kami keluar dari Mall. Tanpa bawa apa-apa. "Kakak mau makan? Ada kwetiau enak loh. Cobain yuk. Papa sama mama juga suka. Tar kita bungkusin buat mereka juga". Aku nurut aja.

Sudah satu jam kami makan. Sekarang kami sudah mau pulang. Karena penjual kwetiaunya di pinggiran kota. Jalanan sudah mulai sepi. Di setiap jalanan sepi dan gelap. Aku menutup mataku dan memeluk Reno erat-erat.

Tetesan air terasa. Gerimis, dan makin lama makin deras. "Kita berteduh dulu kak." teriak adik ku sambil memacu sepeda motornya mencari tempat berteduh. Kami berhenti di depan sebuah ruko yang cukup lebar. Ada 4 pintu. Yang ujung-ujungnya ada tempat orang jualan. Ruko nomor 2 dan 3 sepertinya masih kosong. Ruko tempat kami berteduh sudah tutup. di bagian depan ada lemari untuk jual makanan yang tidak di masukkan kedalam ruko. Ada juga bangku. Kami duduk disana. Di ruko no 4 juga hampir mirip. Di sana juga ada sepasang anak muda yang juga numpang berteduh.
"Kakak dingin ya. Jaketku basah juga kalo mau kakak pake".
"Gak papa dek. Gak dingin-dingin amat kok".
Hujan makin deras. Kami makin mepet ke pintu roling Ruko. Atap di bagian depannya bayak yang bocor. Kami liat pasangan yang di ruko nomor 4 berpelukan. Kami masih bisa melihat mereka. Meskipun remang-remang. Yang wanita di belakang dan memeluk cowoknya dari belakang.
"Kak, kak liat. Mereka ciuman" kata reno.
Aku menoleh kesamping. Benar saja mereka sedang berciuman. Yang cowo sudah tidak lagi menghadap depan. Tapi sudah berbalik mengadap ceweknya.
"Biarin aja. Toh mereka emang pacaran. Kalo kamu mau, ajak aja gantian." godaku ke Reno.
"Ngapain juga ngajakin gantian. Aku sekarang sama cewek yang ribuan kali lebih cantik dari tu cewek". Kata Reno sambil tangannya merangkul pinggangku. Aku merasa senang sekali di puji seperti itu.
"Dek, dulu kita juga pernah ya kehujanan. Waktu masih sekolah dulu. Terus berenti di pondok.". Aku mulai berbicara
"Yang mana, kita mah sering banget kehujanan."jawab Reno. Memang benar juga. Kami udah sering kehujanan. Tapi aku ingat yang itu karena perlakuan Reno hari itu yang susah aku lupakan.
"Yang itu loh. Kakak minta antar kerumah temen kakak. Pulangnya kita keujanan. Berenti di pondok". Aku mendongak kesamping memandang wajah Reno.
"Ntah ya. Lupa aku". Jawab Reno matanya masih menatap pasangan di ruko no 4 yang masih bermesraan.

BLAM...
Listrik mati. Kondisi kami gelap gulita. Spontan aku langsung memeluk Reno.
"Dek, kakak takuuut...".
"Tenang aja kak. Gak bakal ada yang berani gangguin kakak selama ada aku di sini, nyamuk pun gak bakal berani".
" nah itu tuh. Kamu juga waktu itu ngomong gitu. Masa lupa sih".
"Iya.. Iya.. Aku ingat. Kalau gak ada tukang siomai sialan itu. Aku udah mencapai salah satu impianku." kata Reno. Aku tidak tau wajahnya bagaimana sambil bicara begitu. Kondisi gelap total.
"Ada ada aja kamu. Impian apa juga yang bisa di batalain tukang siomai".
"Kalau gak ada dia. Hari itu aku udah bisa jadi pacar kakak". Jawab Reno singkat.
"Ih suka sembarangan kalo ngomong, masa kakak di pacarin. Situ gak laku ya?" godaku sambil menekan dada Reno dengan jari telunjuk kananku.
"Aku serius loh".
Aku merasa pipiku di elus. Daguku di angkat. Ada ciuman mendarat di keningku. Reno menciumku.
Ciumannya turun ke pipi. Kemudian ke bibirku.
Aku langsung mengalihkan wajahku. Dan berputar badan. Aku membelakangi nya.
"Kamu anggap kakak cewek murahan ya". Kataku.
"Nggak kak. Semua orang pernah berbuat salah. Dan kakak tetap wanita paling cantik di muka bumi di mataku." jawab Reno. Tangannya melingkar di perutku. Satu lagi kecupan mendarat di leherku. Kecupan yang dalam.
Kecupan itu naik keatas. Ke arah telinga. Dan aku sangat sensitif di sana. Aku merasa geli sekali.
"Deeekkk... Gak boleh"  aku cuma bisa bilang itu. Tanpa berusaha melepaskan diri. Tangan Reno perlahan naik ke atas. Meraba bagian bawah BH ku. Perlahan juga penisnya sudah terasa menonjol di pinggangku yang mepet ke tubuhnya.
Aku berusaha melepaskan tangannya. Tapi pelukannya sangat erat. Tubuh Reno sekarang sudah jauh lebih besar ketimbang waktu kami masih SMA. Sekarang dia sudah lebih tinggi. Aku hanya sebatas bibirnya. Dadanya lebih bidang. Lengannya lebih kokoh. Dia sudah dewasa.

Ciumannya di leherku makin menjadi-jadi. Lidahnya ikut bermain, menari-nari di sepanjang leher samping kananku.
"Adeeeeekk, gak boleh gini". Suaraku lirih sekali. Aku sudah terbawa suasana.
Tangan kanan Reno sudah tidak malu-malu lagi meraba dadaku. Sesekali meremas dari luar.
"Deeekk, sakit dada kakak di gituin".
Reno melepaskan pelukannya, dan meraih kaitan BHku. Tesss. Kaitan BH ku sudah lepas. Tanganya kembali kedepan. BH ku di angkat ke atas. Dan tangannya sudah mulai meremas Payudaraku dari luar baju.
"Eegghhh". Tanpa sadar aku mendesah.
Bibir Reno bergerak kedepan. Dia berusaha mencium bibirku. Kami berciuman singkat. Aku memalingkan wajahku lagi.

" aku sayang kakak". Ucap Reno.
" sayang adik dan kakak tidak begini dek". Jawabku.
Tangan Reno sudah masuk kedalam bajuku. Memainkan puting kiri. Sesekali meremasnya.
Tangan kirinya sudah menjalar ke bawah. Perlahan menyusup kedalam celana. Celana dengan pinggang karet seperti yang aku gunakan memang tidak sulit untuk di susupi.

"Aaaahhh.. Dek,, jangan". Aku mendesah. Jari Reno sudah menyentuh kewanitaanku. Tepat di klotorisnya.
"Tapi kakak suka kan?". Suara berat Reno di telingaku, desahan nafasnya yang menghempas leher membuat napsuku naik menjadi-jadi. Perlahan pinggangku bergerak mengikuti jarinya yang bergerak-gerak memainkan Klitorisku.
"Kakak sudah basah. Nikmatin aja kak. Aku akan melakukan apa saja demi membuat kakak bahagia". Ucapan itu membuat aku melayang.
"Aagh... Agh.. Aaagh...". Aku mulai mendesah. Akal sehatku sudah hilang. Aku mendesah tanpa malu. Di pantatku terasa Reno mulai menggesekkan Penisnya. Penisnya terasa besar. Lebih besar dari kali terakhir ketika penis itu menempel di pantatku 4 tahun lalu.

Reno mencium bibirku lagi dari belakang. Dan aku terima. Dia kecup aku pun mengecup. Dia sedot akupun menyedot. Lidah kami saling bersilang di dalam rongga mulutku. Lidahku kadang di sedot kedalam mulutnya.

Jarinya makin lama makin cepat memainkan Vaginaku. Keatas kebawah, kekiri kekanan. Aku sudah tidak tahan lagi.
"Terus dek.. Terus.. Agh... Agh... Agh..." desahky tanpa malu.
Aaagggggghhhhhhhh
Aku tahan tanganya, aku dorong ke dalam. Aku tekan agar tangannya tidak lepas dari vaginaku. Akupun keluar. Aku klimaks dengan tangan adik kandungku.

Reno mendorongku melangkah kedepan. Masuk ke bilik dagang di depan ruko. Dia mendorong pungguku agar aku menunduk. Dengan cepat dia menarik celanaku turun sampai kepaha. Diremasnya pantatku beberapa kali. Kemudian terdengar kelentikan suara. Dia berusaha membuka ikat pinggang celananya.
Ada benda keras menggesek Vaginaku dar belakang.
Aku akan ML dengan adik kandungku malam ini. Kenapa harus dengan nya. Batinku berkecamuk. Nurani ku masih ada.

Suasana mendadak terang. Menyilaukan mata kami yang sudah mulai terbiasa dalam gelap.
Listrik kembali menyala.

BERSAMBUNG
Cerita lain
Screeshoot percakapan sex kakak cantik dan adiknya

Thursday, July 27, 2017

DILEMA CINTA SIMALAKAMA XV

DCSS

Ada suara bising, pandanganku silau sekali. Aku susah membuka mata. Tubuhku juga berat.
“ siska.. Siska... Dia sudah sadar. Dia sudah sadar.!” Ada yang setengah berteriak di sebelahku.
“ Ka.. Ka... Ini aku Lita. Kamu bisa liat aku?” sinar silau itu makin memudar. Meskipun belum jelas tapi aku tahu kalau itu adalah sahabatku Lita. Aku kenal suaranya.
“ aku di mana ta?” suaraku lirih sekali. Aku sendiri sulit mendengar suaraku.
“ kamu di rumah sakit Ka.”
Aku kaget.  jadi ingat semuanya mulai dari sakit perut, hingga pendarahan hebat di kamar mandi. Aku melihat kebawah. Aku sudah mengenakan pakaian Rumah sakit. Dan makin lama aku penglihatanku makin jelas. Orang ramai mengitariku.
“ ta, kenapa rame? Mereka semua tahu kondisiku?” tanyaku kepada Lita
“ iya ka, terpaksa mereka harus tahu. Pas aku sampai ke kostmu, aku ketok2 gak ada jawaban. Pas aku mengintip kedalam ada banyak darah di lantai aku jadi panik. Aku teriak minta tolong. Ada bapak kost mu sama tetangga yang ngedobrak pintu.” Jelas Lita. Suaranya serak. Seperti habis nangis
“ mereka melihat semuanya ta?” tanya ku lagi.
“ iya. Tapi kamu gak perlu memikirkan hal itu dulu sekarang. Yang terpenting kamu selamat. Kamu sempat kritis tadi. Kamu udah pingsan lebih dari 6 jam. Pemilik kost mu td nelpon tante kamunyang di bogor. Sekarang mereka udah disini. Lagi nyiapin kamar inap kamu. Orang tuamu juga besok kesini.”. Jelas lita lagi.

Oh tuhannnn... Aku mendadak jadi ingin melarikan diri. Aku tidak mau mama dan papa melihatku dalan kondisi seperti ini. Mereka pasti akan marah sekali. Aku mau lari. Aku mencoba bangkit.
“Siska, kamu ngapain? Jangan bangun dulu.” Lita panik dan berusaha memengangku. Beberapa orang juga menenangkanku. Tanteku masuk ke ruangan beserta perawat.
“Aku mau mati saja. Aku mau mati saja”. Ada beberapa orang memengang tanganku dan ada perawat yang menyuntikan obat ke infusku. Pandanganku gelap lagi.
.....

NERAKA
Aku beranjak dari ruang tamu. Pindah ketaman belakang, duduk di gazebo taman belakang sambil memandangi ikan yang berenang di kolam. Sudah sebulan aku kembali kerumah. DO dari kampus. Dan di batasi kemana-mana. Aku seharusnya bersyukur tidak di penjara. Salah satu yang membawaku ke rumah sakit adalah anak bapak kost. Dia seorang polisi bagian Kriminal. Aku tidak tahu bagaimana papa menyelesaikannya. Yang ku ingat ketika mereka tiba di RS dia tidak berbicara denganku sepatah katapun. Dari raut muka mama juga ada kekecewaan yang sangat besar. Sebagai seorang Hakim. Papaku tau betul hukuman yang harusnya menimpaku. Dosen-dosenku juga semua tahu. Karena papa sempat mendatangi Rektor untuk mencari Pak Prima.
Kalau ku temukan dia. Kupatahkan lehernya saat itu juga. Aku masih ingat jelas kata-kata papa saat itu. Akupun juga ingin sekali bertemu dengan pak Prima. Aku mau marah. Aku juga rindu dia. HP yang dia berikan tertinggal di kostku. Cuma beberapa barang penting di di bawa mama pulang. Selebihnya di tinggalkan saja. Aku sudah menghubungi Lita supaya dia mengirimkan Hp itu kepadaku. Tapi kostku sudah di isi oleh orang baru. Dan dia bilang tidak ada Hp ketika pindah kesana. Aku kehilangan kontak dengan orang yang aku cintai dan sekaligus aku benci.

Di rumah ini aku di anggap sampah. Tidak di perdulikan. Hanya ada makian, bentakan dan amarah yang ku terima. Bikin malu saja. Anak seorang hakim melakukan tindak kriminal. Kata-kata yang sangat mengiris hati. Mama juga tidak banyak bicara. Sekenanya saja. Meskipun dia tidak marah-marah seperti papa. Hanya Reno seorang yang masih menganggap aku sebagai manusia. Reno baru 2 minggu kembali kerumah. Dan keberadaannya sangat menyejukkan hati. Minimal mengurangi sakit hatiku. Dia sering mengajakku ngobrol. Bercerita tentang kerjaanya yang baru. Atau cerita-cerita lucu ketika dia masih dalam karantina. Kami memang sangat bertolak belakang. Bagai bumi dan langit. Reno selalu berprestasi. Aku tidak. Reno selalu di banggakan. Aku di cemooh. Aku bersyukur masih di beri fisik yang ideal. Sehingga rasa sakit itu tidak terlalu lengkap.

Reno juga bercerita bahwa tahun kemarin ketika aku masih di bandung, ekonomi keluarga kami anjlok. Salah satu minimarket kami harus tutup karena tidak lagi mendatangkan keuntungan. Serangan kapital pusat dengan masukkan Alfamar* dan ind*maret ke kota kami sangat berpengaruh ke toko kami. Dan yang mengejutkan adalah yang membantu membuatnya bangkit lagi adalah Reno. Seorang remaja baru lulus SMA yang mengembalikan kestabilan. Aku dapat cerita dari bi Sur. Asisten rumah tangga kami. Papa sibuk di pengadilan. Mama pun begitu. Reno berusaha keras menyusun ulang sistem dan akhirnya perlahan usaha keluarga bangkit lagi. Ketika teman-temannya sibuk kuliah. Dia sibuk berdagang. Sukses berdagang dia melamar di Akpol. Dan lulus dalam test pertama.
Ini anakku loh. Kata-kata papa setiap memperkenalkan Reno kepada teman-temannya. Aku jarang sekali di kenalkan. Tidak ada kebanggaan pada diriku. Dan papa benci kepada orang yang hanya bermodalkan paras rupawan tanpa perjuangan.
Aku buka akun facebookku, melihat-lihat timeline. Ada yang posting foto jalan sama pacarnya. Ada yang sama keluarganya. Aku iri sekali. Cewek itu tidak lebih cantik dari ku, tapi dia terlihat bahagia bersama pacarnya. Yang posting jalan-jalan dengan keluarga juga terlihat bahagia meskipun hanya jalan-jalan di wisata sederhana di kota tetangga. Sedangkan aku, cantik tapi di tinggal pacar. Keluarga kami tidak kurang dalam ekonomi. Tapi aku tidak bahagia. Bahkan menjadi sampah.
“seandainya aku memiliki kehidupan yang menyenangkan. Alangkah bahagianya” aku tulis status di Timeline kusendiri.hanya sebentar saja. Puluhan Orang like dan komentar. Rata-rata cowok.
Sini deh. Biar aku yang bahagiain hidup u. Kata salah satu komentar. Tidak aku balas. Aku jarang menyapa orang yang komen. Aku tidak mau terlihat murahan. Ada notif WA masuk.
"Nanti sore kita keluar yuk kk. Ada mall yang baru launching. Nanti aku yang izinin sama papa." WA dari reno. Dia tau aku lagi bersedih. Dia mau menghiburku.
Klo di izinin kakak mau aja. "Tp kk gak punya duit". Balasku
Kakak tenang aja. Duitku banyak. Susah mau di habisin. Wkwkwk.  Balas reno lagi. Aku tersenyum. Seandainya bukan adikku. Sudah kuajak pacaran anak ini. Dia baru beli Motor Sprot dari gaji yang di rafel selama masa pendidikan. Sebenarnya papaku juga memberikan 30% keuntungan minimarket kami untuk reno. Dari ke 3 cabangnya. Reno tidak bakalan susah secara keuangan.
Jam 3 sore reno sudah sampai di rumah. Lebih cepat dari biasanya. Aku lagi duduk di balkon atas ketika dia naik. Kamar kami ber2 di lantai 2. Kamar dia menghadap ke samping. Kamarku menghadap ruang keluaga. Kamar kami terpisah dengan lorong yang biasa kami pakai untuk karaoke.
“ kakak belum siap-siap?” tanya Reno. Dia duduk di sofa. Sambil membuka buntelan berkas yang dia bawa.
“belum lah. Tar kakak udah siap-siap gak taunya gak jadi. Adek udah izin ke papa?” aku masuk ke dalam dan duduk di sebelahnya.
“udah tadi aku telpon papa. Dia ngizinin. Aku juga mampir ke toko dulu. Ambil laporan penjualan sama data stok”. Lanjut reno tanpa menoleh. Dia sibuk membolak balik berkasnya.
“Iss, lain nih calon direktur. Sibuk terus.” Candaku.
“eits, jangan salah ya. Aku emang dari dulu direkturnya. Papa kan gak boleh jadi direktur. PNS mana boleh”. Lanjut reno lagi
“ iya deh pak dir. Kakak mau mandi dulu. Siap-siap.” Aku bangkit dan masuk ke dalam kamarku.
Setengah jam lebih aku di kamar. Mandi dan siap-siap. Awalnya aku pakai setelan gaun plus rok pendek warna hijau. Tapi aku baru ingat kalau mau pakai motor. Jadi aku tukar lagi dengan celana panjang warna krem dr bahan katun, dan baju sutera lengan panjang warna biru. Aku pakai tas juga warna biru.  Dan sepatu wedges krem. Aku lihat di cermin. Riasan ku tidak berlebihan. simpel. Aku merasa cantik. Aku sudah siap. Pukul sudah menunjukkan ke angka 4. Sudah 1 jam aku siap-siap.
Aku keluar kamar. Reno juga sudah siap. Dengan baju kaos oblong putih abu-abu dan celana blue jeans panjang. Reno menatapku.
“ widih.....cakep amat. Bidadari nyasar ya?” guraunya. Aku merasa malu dan senang. Meskipun yang memujiku adiku sendiri.
“yuk ah. Berangkat.” Ajakku.
....
BERSAMBUNG

DILEMA CINTA SIMALAKAMA XIV

Aku terus mencoba menghubungi pak prima beberapa kali. Tidak ada satupun yang menyambung. Nomornya tidak aktif. Aku kirim ke WA nya dari bahasa yang halus. Hinggal paling kasar. KAU MAU MELARIKAN DIRI YA PRIMA. AKU HAMIL GARA-GARA KAU. Dan hasilnya tetap sama. Contreng 1. Tanda tidak masuk.

Lita juga sangat marah. Awalnya dia tidak setuju aku berniat menggugurkan kandunganku. Dia suruh aku nikah. Tapi aku mau menikahi siapa? Orang yang menghamiliku menghilang. Mau mengadu kekampus untuk minta alamatnya pak prima sama saja dengan bunuh diri. Kampus tidak akan memberikan alamat dosen ke mahasiswa kalau tidak urusan sangat penting. Kalau aku bilang aku hamil pasti aku di DO.

"Ta, mau tidak mau aku harus menggungurkan kandunganku sebelum makin besar".
"Ka, coba kamu pikirkan lagi. Masa kamu mau membunuh anak kamu sendiri?". Tahan Lita
"Aku ngerti ta, tapi mau bagaimana lagi. Bapak nya sekarang menghilang. Kalau kelamaan orang pasti tau. Bisa sampai ketelinga orangtuaku. Aku sangat ingin menikah. Apalagi suaminya pak prima. Tapi dia nya dimana? Aku gak tau. Dia gak ada bilang dia dimana sekarang?" jelasku
"Aku aneh sama kamu ka, pacaran sebentar. Langsung hamil. Sekarang kamu gak tahu orang yang ngehamili kamu ada di mana?". Tukas Lita datar.
"Kamu boleh hina aku ta, tapi sekarang aku mohon kamu bantu aku. Ku mohon." aku menangis lagi. Lita memelukkan dan menangis juga.
...

Malam itu kami menemui teman SMA lita. Dia kuliah di jurusan kebidanan di kampus lain.
"Ada ka, obatnya namanya cytotex. Tapi itu obat gak di jual bebas. Harus dengan resep dokter. Kita gak mungkin minta dokter bikin resep beli cytotex tanpa pemeriksaan medis. Aborsi itu ilegal. Kalau ketahuan bisa di penjara ." jawab Lusi
"Trus gimana caranya dapatin tu obat?" kejar lita.
" kamu ingat tomy kan Ta?" tanya lusi ke lita.
"Tomi temen SMA kita? Yang kribo?".
"Iya dia. Dia sekarang kan magang di rumah sakit. Coba hubungi dia. Aku juga sering dengar kalau dia ada jual obat itu juga. Tapi...". Lusi berenti bicara.
"Kenapa si?" aku yang nanya kali ini.
"Kalau beli ke dia biasany harganya mahal. Dia tau banget kalo orang cari obat itu orang yang kepepet  dan pasti beli. Aku denger dia jual obat itu 250rb/biji." lanjut Lusi.
Lita menoleh kearahku.
"Ada nyimpan no Tomi lus?" tanyaku.
...
Hari sudah pukul 10,30 malam. Kami sedang dalam perjalanan menuju cafe tempat ketemuan dengan Tomy. Aku sudah ambil uang ke ATM. Aku sudah bulat tekat mau menggugurkan kandunganku.

Dia menyamperin kami di parkiran. Dan masuk kedalam mobil Lita.
"Obatnya ada. Biasanya kalau orang mau buang dosisnya di sesuaikan sama umur balon." jelas tomy. Istilahnya di samarkan. Biar aman katanya.
"Sudah sebulan lewat Tom." jawabku.
"Udah 5 minggu ya, 2 kepinglah kayaknya".
" sekeping berapa".
"Sekeping isi sepuluh biji. Harganya 2,5jt sekeping".
5 juta artinya. Mahal juga ni obat batinku.
" mahal banget tom. Gak kurang apa. Kasian temen gua nih". Tukas Lita.
"Ini permen susah ngeluarinya. Gua kerja sama ma dokter. Dia minta bagian. Gua dapat dikit banget. Sumpah. Paling sekeping dia kasih 200rebu".
"Ok deh tom. Kapan ada permennya?" tanyaku.
"Besok malam gua bawain. Kita ketemu di sini aja, bawa cash ya". Kata tomi sambil mau buka pintu.
"Bego ya pacar lo sis. Kalo gua punya pacar cakep kaya kamu. Gua sengaja hamilin. Biar bisa di nikahin. Kan bangga punya bini cakep." ujar Tomy cengengesan sebelum keluar mobil.
Aku senyum aja.
....
Esoknya kami ketemu kembali, tomi sudah membawa dua keping pil cytotex. Pil nya kecil. Seperti pil KB.
"Cara pakainya taruh 3 biji di belakang lidah loe. Tunggu sampai larut sendiri. Jangan di telan bulat2. Antisipasi kalau ada apa-apa pilnya tidak di temukan."
Aku mengangguk mengiyakan.
" biasanya dalam 2 hari sudah kuat reaksi nya. hari kelima udah bersih. Kalau bisa kamu jangan kuliah dulu. Suka keluar soalnya. Pake pembalut gak bakal mampu nampung." lanjut tomi.
"Ok tom."
"Gua ingetin ya ka, ini beresiko. Dan lo tau resiko yang lo ambil. Lo harus siap tanggung resikonya sendiri".
"Iya tom ngerti."
Aku meraih dompetku. Dan mengeluarkan uang 5 juta. Tomi menghitungnya sebentar.
" kalau lo bukan konsumen gua aja, dah gua pacarin lo ka". Kata tomi sambil cengengesan.
"Yeee.. Dianya juga gak bakal mau ma lo tom. Jangan menghayal ketinggian deh." timpal lita.
"Makasih ya tom bantuannya." sambungku.
Kami berpisah dan pulang ke kost ku.
...
Ini sudah hari kedua aku minum obatnya, memang terasa perutku terkadang melilit sakit. Seperti mau BAB. Tapi hanya sedikit. Darah yang keluarpun tak lebih dari sesendok makan. Aku merasakan payudaraku makin naik dan membesar. Tanda2 kehamilan makin jelas.
Minum aja terus. Kan baru 2 hari, coba juga di masukin langsung ke ms V loe ka. 2 biji. Taruh di bawah lidah 1. Jawaban WA tomi ketika aku tanya kenapa reaksinya lambat. Sudah 2 hari aku tidak kuliah. Padahal 2 minggu lagi kami ada ujian semester. Aku sudah harus benar-benar siap dalam menghadapinya. Tanpa ada beban ini lagi.
Hari ketiga masih sama.
Hari keempat. Kontraksinya malahan makin lemah. Meskipun darahnya tetap keluar. Tapi sedikit. Aku makin bingung.
Hapeku berdering. Ada telpon masuk
"Halo kak, kakak lagi kuliah". Suara laki-laki di ujung sana aku kenal betul. Suara laki-laki yang hampir sempurna yang ke dua. Itu suara Reno. Adekku.
"Gak nih dek, kakak lagi kurang sehat. Jadi sekarang di kost."
"Kakak udah berobat belom? Udah ke dokter?" kajarnya lagi.
"Gak parah kok, paling cuma masuk angin. Besok juga udah sembuh. Adek napa nih tumben nelpon? Udah selesai karantinanya?". Tanyaku. Adekku sekarang sedang menjalani pelatihan sebagai Perwira baru lulusan Akpol. Papaku bangga luar biasa, karena Reno lulus tes Akpol dengan nilai tertinggi dan tidak mesti nyogok sepeserpun. Kemana-mana dia selalu bercerita dan membanggakan anak laki-lakinya. Aku jiga turut bangga karena punya adik yang cemerlang.
"Belum kak, tinggal tiga minggu lagi. Nanti pas kelulusan mama sama papa mau hadir. Kakak bisa hadir juga kan? Nanti sekalian mama papa jemput kakak dulu ke bandung sebelum kesini!". Lanjut Reno.
Aku jadi memikirkan kondisiku, seandainya orangtuaku mengetahui kondisi lu sekarang yang sedang hamil. Kemarahan mereka  sudah terbayang di benakku. Aku harus cepat menyelesaikan masalah ini. Aku harus sudah benar-benar bersih dan bugar ketika orang tuaku datang.
"Iya dek. Kakak pasti ikut kok".
...

Ini sudah hari kelima sejak awal aku mengkonsumsi obat itu. Tapi belum juga ada tanda-tanda akan keluar. Payudaraku masih terasa naik, aku tetap mual-mual di pagi hari. Aku makin frustasi. Tomi tidak bisa di hubungi. Di telpon tidak di angkat. Aku bingung harus bagaimana. Lita sedang ke kampus. Aku browsing-browsing dan baca-baca tentang obat itu.

Ada sebuah situs yang  juga menjual obat yang sama. Tapi dengan merk yang berbeda dan cara pakai yang berbeda. Di nasukkan lewat Vagina. Di situs lain dengan cara minum yang sama. Di taruh di bawah lidah. Di situs lain ada yang mengirimkan pertanyaan. Dan kasusnya sama denganku. Udah mencoba 2 cara di atas tapi tidak manjur juga. Balasan dari penjual mengatakan.
"Obatnya bisa di minum.langsung. 5 pil sekali minum. Tapi harus hati-hati dan di temani orang lain. Biasanya langsung terjadi pendarahan."

Akupun meraih stok Pilku. Memang tinggal sisa 5 biji. Tanpa ba bi bu. Langsung saja aku telan semuanya. Belum juga ada reaksi. Aku nonton TV dan tertidur.

Aku bangun hari sudah gelap. Sepertinya Lita tidak datang hari ini. Aku berusaha menggapai HP ku untuk nge chat Lita. Hp di cas dekat kaki. Aku malas bangkit. Cuma menggapai-gapai kearah kaki. Lantainya basah. Air apa ini. Batinku. Aku angkat tanganku dan melihat. Darah. Aku langsung duduk. Dan di karpet dan lantai Kost ku ada banyak darah. Darah itu bersumber dari kewanitaanku. Aku buru-buru ke kamar mandi untukmembersihkan diriku. Mendadak perutku melilit, sakit sekali. Sangat sakit. Puluhan kali lipat dari yang biasanya. Darah terus mengalir menyusuri pahaku. Tanpa celana lagi aku bisa melihat jelas darah itu mengalir. Sakit itu benar-benar sakit. Seolah olah Ada sesuatu yang mau keluar dari dalam. Tapi terganjal. Aku mengejan sekuat-kuatnya. Darah yang keluar makin banyak. Lantai Kamar mandiku sudah penuh dengan darah. Aku keluar. Darah jadi berceceran di lantai yang aku lewati. Aku raih Hpku dan berusaha mngehubungi Lita. Berapa kali aku telpon tidak di angkat. Aku tinggalkan voice message ke WAnya.
Ta, tolong ke kost ku sekarang. Aku pendarahan
Aku tinggalkan hpku. Dan kembali ke kamar mandi. Sakitnya makin menjadi-jadi. Sakit yang taramat sakit. Aku mengedan sekuat-kuatnya...
Plung....
Ada yang keluar dari vaginaku dan jatuh kedalam wc. Gumpalan darah kental sekali. Lebih kurang sebesar telur ayam. Aku merasa lega. Sudah selesai batinku. Aku mau berdiri mengambil shower. tapi lututku lemas sekali. Dan darah yang keluar makin banyak. Pandanganku kabur. Terasa berputar-putat. Kemudian gelap.

BERSAMBUNG

Sunday, May 7, 2017

DILEMA.CINTA SIMALAKAMA XIII

Aku masih meringkuk di sofa ruang tamu. Jari jemariku masih sibuk men-scroll layar hp naik turun tanpa tujuan. Aku masih berada di zona remang-remang. Pikiranku masih terbagi antara kenyataan saat ini dan kenanga manis bersama pak prima. Jariku berhenti ketika melihat postingan Reno. Status nya kemarin.
"Aku akan berusaha sekuat tenagaku untuk menghapuskan air matamu, dan menjadikan luka lama itu tak lagi terasa sakit". Ada rasa geer di hatiku. Seolah aku mengklaim bahwa status nya tersebut di tulis untuk ku. Tapi memang bisa jadi arahnya kesana. Toh selama ini reno selalu berusaha baik kepadaku. Baik seperti pak prima.

Kenangan itu kembali lagi

Hari demi kami makin akrab. Gosip sudah beredar bahwa aku pacaran dengan pak prima. Aku santai-santai saja. Bahkan cenderung bangga. Kami sering jalan berdua di kala dia tidak sibuk.
Hari itu di cimory, puncak kami memadu kasih.

"Kalau kita punya anak pasti cantik kayak dedek". Dia menengadah menatapku. Akupun mengelus kepalanya yang sedang tiduran di pahaku.

"Kalau anak kita cowok, pasti cakep kaya papanya, hidungnya mancung, pinter lagi". Aku cubit hidungnya.

"Kita bikin yuk!". Dia beringsut naik dan mencium bibirku.
"Emang abang gak bakal nyesal punya istri kaya dedek, yabg gak bisa apa-apa?".
"Cuma laki-laki super bodoh yang menolak.punya istri seperti bidadari kayak gini."

Lumatannya makin kuat di bibirku, rabaan nya menjalar keseluruh tubuhku dan aku pasrah dengan apa yang dia lakukan. Aku bakal menjadi istri dari laki-laki yang sangat hebat.

Kami pulang kerumahnya sudah hampir jam 10 malam. Rumahnya terang. Lampu menyala. Ada orang yang masuk.
Dia mengeluarkan pistol dari dashboar dan masuk kedalam. Aku menempel ketat di belakangnya.

" hei capt, sorry we came without call you first. Urgent." sahut perempuan yang berdiri di depan TV tanpa menoleh kekami. Di ruang tengah sudah ada 4 orang. 3 laki-laki dan wanita yang menyapa kami tadi. Mereka cuek sekali. Seperti rumahnya sendiri. Yang pakai sweater abu-abu sedang makan mie instan sambil kaki nya naik di atas meja. Satu lagi sibuk mengotak-atik laptop di atas meja. Yang pakai kemeja menempalkan kertas-kertas seperti kliping ke dinding. Pak prima menoleh kepadaku sambil menyelipkan lagi pistolnya kepinggang. "Mereka team abang"  ujarnnya.

Aku duduk saja sofa ruang tamu. Ketika pak prima menemui teamnya dan kemudian mereka berdiskusi serius sekali. Aku tidak mengerti apa yang mereka katakan. Mereka bicara bahasa inggris dan ku akui inggrisku sangat parah. Lama-lama aku tertidur. Dalam mimpiku pak prima membisikiku. ' I Love you siska. But I'm sorry. I must go'.

....

BENCANA

Aku terbangun hari sudah pagi. Cahaya matahari menyilaukan mataku. Aku tidur di kamar, masih mengenakan baju kemarin. Dia sudah bangun. Tidak ada di sisiku.

" abang........" aku panggil dari kamar. Masih malas untuk bangkit.
Tidak ada sahutan.
"Abaaaaang....". Tetap sunyi. Aku langsung bangkit dari ranjang.

Di atas meja ada secarik kertas, ATM dan hp.

Maaf abang tidak pamit. Abang harus pergi menjalankan tugas. Tunggu abang menghubungi dedek ke HP yang ada di atas meja. Jaga baik-baik, cuma itu sarana komunikasi kita. ATM itu untuk dedek, pergunakan dengan baik ya sayang.
I Love you
Prima

 Serasa petir jutaan volt menyambar hatiku. Aku bingung bagaimana menyikapi ini. Air mataku menetes tanpa ku perintah. Aku ambil HP ku dari dalam tas dan menelpon nomornya. Hanya ada sahutan operator. Nomornya tidak aktif. Aku masukkan hp dan ATM ke dalam tas. Dan langsung bergegas pulang ke kost ku.

...

Sudah satu bulan sejak kepergian pak prima. Aku sangat tidak bersemangat untuk datang ke kampus. Aku banyak termenung meskipun teman-teman berusaha menghiburku. Dia juga tidak bisa di hubungi. 3 hari setelah dia pergi dia telpon dan bilang kalau mau berangkat ke medan tugas. Suaranya seperti sedang berada di helikopter. 1 minggu kemudian dia mengabarkan lagi kalau dia bakal susah menghubungi dalam waktu dekat. Tugas kali ini amat penting dan rahasia. Hanya itu. Sekarang aku tak bisa lagi menghubunginya. Sekedar menghilang rindu terkadang aku mengirim pesan ke WA nya meskipun aku tahu itu tak pernah di bacanya.

"Abang, hari ini dedek gak semangat kekampus, malas banget padahal mata kuliahnya dulu dedek suka karena abang yang ngajar. Sekarang di gantiin sama pak Slamet. Ngantuk banget belajar sama dia. Abang cepat pulang ya. I love U". Aku kirim WA ku. Hanya contreng 1. Sama seperti WA ku sebelumnya. Kepalaku jadi pusing, pusing sekali. Semua terasa berputar-putar. Aku merasa mual sekali. Aku bergegas keluar kelas, berlari tanpa pamit ke dosen yang lagi ngoceh di depan. Buru-buru aku masuk ke wc dan muntah. Tidak yang keluar. Hanya air. Dan mualku tak juga hilang. Muntah lagi sampai beberapa kali baru mualku reda.
Aku bergegas ke kantin di ujung bangunan kelas kami, aku beli tolak angin dan meminumnya langsung. Aku tidak langsung kembali ke kelas. Pasti di marahi kalau masuk lagi setelah keluar dengan begitu kurang ajarnya. Aku lapar. Aku baru ingat dari kemarin aku belum makan apapun. Mungkin mual ini gara-gara asam lambung yang naik. Aku pesan semangkuk bakso. Meskipun selera makan belum datang menghampiriku ketika baksonya datang.
'Kenapa aroma bakso ini menyengat sekali' batinku. Sendokan pertama yang masuk ke mulutku langsung memicu mual ku kembali. Aku langsung berlari lagi ke wc. Muntah lagi.

"Kamu tidak apa-apa ka?" tanya Lita yang menghampiriku ketika keluar dr wc. "Kamu muntahnya keras banget. Kengeran sampai keluar."
"Aku rasa aku masuk angin ta. Tolong antarin aki pulang ke kost ya!" aku melangkah gontai ke luar. Duduk di tangga sambil menunggu Lita menggambil tas ku di kelas.

Sebelum pulang kami mampir ke ATM depan kampus. Uang tunai ku makin menipis.
"Buseetttt, duit mu banyak amat sis. Kamu abis merampok di mana?" seru Lita kaget ketika melihat saldoku. Aku juga awalnya kaget ketika ngecek saldo ATM yang di tinggalkan pak Prima. Saldonya ada 50jt.
" di kasih pak Prima sebelum dia pergi". Jawabku sekenanya.
" widihhh, duit enak nih. Yuk shoping yuk..."
" tunggu aku agak baikan ya, tar kita shopping. Aku kasih 1jeti lah untuk kamu". Jawabku...
"Asyyiiiikkkkk, tapi pak Prima banyak juga ya duitnya. Padahal kan cuma dosen honor." kejar Lita
" dia menang tender, makanya sekarang gaknngajar lagi. Dia lagi ngerjain projeknya." dalam hatiku sebenarnya merasa miris. Aku juga gak tau dia dapat duit dari mana. Dan kamipun sudah melaju ke kost ku.
...

Sudah tiga hari mual itu tak juga berhenti. Lita juga dengan rela nginap di kost ku. Dia yang mengurusi ku. Kami hari ini tidak kuliah.
Aku sudah 6 kali muntah pagi ini. Dan sudah tidak ada lagi yang bisa ku muntahkan.
" ka, kamu kapan terakhir Mens?" tanya Lita
" bulan kemaren ta."
" bulan ini tanggal berapa biasanya mens?" kejar Lita lagi.
" biasanya sih awal bulan ta".
" ini udah tengah bulan loh ka, kamu gak ngerasa ada yang aneh?"
Aku diam, dan mulai berfikir. Aku sudah telat mens lebih dari seminggu. Biasanya aku rutin mens di awal bulan. Aku menepis kemungkinan itu. Mungkin jadwalnya berubah karena aku stress.
"Coba nanti kita kedokter ka. Gak bisa di biarin juga kamu muntah-muntah gini terus!". Saran lita.
" dimana ada dokter ta, jangan yang deket kampus kita lah kalo ada".
"Ada, di depan gang rumah bibiku ada dokter praktek. Nanti sore kita kesana.
...
Jam 5 kami sudah ikut mengantri di ruang tunggu dokter Nurmala. Aku dapat urutan kedua.
"Nyonya Siska". Panggil asistennya. Aku agak kaget di panggil nyonya. Akupun mendelik ke arah Lita.
"Cuma buat jaga2 dari kemungkinan terburuk ka." jawab lita. Akupun mengerti dan berjalan masuk.
"Apa keluhannya bu siska". Tanya dokter Nurmala ramah. Dan akupun menjelasakan.
" kita cek tekanan darah dulu ya". Aku nurut saja. Kemudian cek pakai stetoskop di perutku dan di USG.
" kapan terakhir mens bu?" tanya dokter lagi.
"Bulan kemarin dok!".
"Ibu silahkan ke toilet. Kita ambil sampelnya ya."
Aku nurut aja. Dalam hati aku cemas sekali. Aku takut kalau kemungkinan buruk aku pikirkan terjadi. Tak lama aku kembali kedalam. Membawa sample urin. Dokter mengambilnya dan memsukkan alat tes.
" suaminya ikut ngantar bu?". Tanya dokter Nurmala ramah.
"Nggak dok. Dia lagi kerja". Jawabku. Dan batinku meneruskan. Aku juga gak tau dok dia dimana.
Dokter Nurmala mengangkat alat tesnya. Di goyang-goyang. Kemudian tersenyum.
"Selamat ya bu Siska, sebentar lagi ibu akan menjadi seorang ibu. Ibu positif hamil."
Petir menyambar dadaku, aku tidak gembira mendengar ucapan selamatnya. Aku hamil tanpa suami. Aku bahkan tidak tahu kemana harus menuntut tanggung jawab atas kehamilanku. Orang yang menghamiliku sekarang menghilang di telan bumi. Tanpa di.perintah air mataku mengalir.
"Loh kok nangis bu?"
" saya bahagia dok. Suamiku pasti senang mendengar kabar ini". Jawabku. Hanya itu kalimat yang terpikirkan saat ini.
" oh pastilah bu, anak pertama kan?, semoga lancar ya bu hingga persalinan nanti."
" iya dok. Makasih".
Aku keluar. Menebus obat ke apotik dan langsung keluar klinik.
Kami baru masuk mobil, Lita langsung memegang pundakku.
"Gimana ka?" tanyanya
Aku diam saja dan memberikan kertas hasil perikasa ke Lita. Dia membukanya bergegas.
"Astagaaaaaaa... Ini anaknya pak Prima kan?".
Aku hanya mengangguk.
"Telpon dia ka. Suruh dia pulang. Dia harus nikahin kamu secepatnya!". Tukas Lita
Aku diam saja.
"Ta, antarin aku ke pasar dulu yuk. Kita cari nanas muda".

BERSAMBUNG.