ini blog yang berisikan kisah-kisah seks sedarah. bagi agan-agan yang tidak berminat dengan konten ini silahkan di minati. wkwkwkw

Monday, April 22, 2019

DILEMA CINTA SIMALAKAMA XIX

"Puasi aku" kata Reno.
Aku terdiam, tidak tahu apa yang harus ku lakukan. Kata-kata Reno berdengung di telingaku. Aku masih menimbang-nimbang perkataannya. Serius atau hanya ancaman.

Reno menatapku tajam, kemudian melangkahkan kakinya. Dia mau pergi meninggalkan ku. Aku beringsut cepat, aku tarik tangannya.

"Kakak harus bagaimana?" tanyaku.
"Inisiatif dong". Jawabnya ketus.

Perlahan tangan ku terangkat. Menyentuh gundukan penisnya dari luar celana. Terasa di tanganku daging kenyal yang cukup besar.  Aku tarik tanganku. Malu rasanya meraba penis adik kandung sendiri. Reno menatapku kemudian berbalik ke arah pintu.

Klik.

Reno mengunci pintu kamarku dari dalam.
"Tidak ada halangan lagi sekarang kan?".
Reno membuka ikat pinggang bersimbol bayangkari. Menurunkannya. Kemudian menurunkan boxer dan celana dalamnya. Dengan posisiku masih bersimpuh di depannya. Sekarang penis tegangnya persis menunjuk-nunjuk kemukaku.

Malu, bingung, geli dan takut bercampur jadi satu. Sekarang kemaluan adik kandungku terpampang di depan mata. terbayang penis pak prima beberapa tahun silam. Serupa tapi tak sama.

Penis Reno lebih kuning langsat, kepala nya memerah. Aku masih tertunduk malu, meskipun ini bukan penis pertama yang aku lihat.

"Ayo" hardik Reno.

Aku julurkan tanganku, menggenggam penis nya. Aku kocok perlahan. Maju mundur tanpa berani menatap apa yang sedang aku kerjakan. Penis nya berkedutan. Terdengar nafas Reno mulai mengebu. Ntah dorongan dr mana aku jadi bersemangat untuk mempercepat tugasku. Tapi setelah hampir lima menit, pekerjaan ini belum menampakkan tanda-tanda akan selesai. Aku toleh ke atas. Reno sedang menatapku. Aku baru sadar kalau aku masih dalam kondisi telanjang.

"Tangan kakak pegal dek". Lirihku. Masih takut dia marah. Aku tetap memberikan servis yang aku anggap baik untuknya.

Reno menarik lenganku, di bimbing nya aku ke arah ranjang. Aku direbahkan.
"Jangan dek, ini tidak boleh. Kakak kocokin aja ya sampe keluar. Jgn lebih dari ini". Pintaku.
Reno masih diam saja. Penis nya masih di sodorkan kearahku. Aku berbaring dengan kepala tersanggah bantal. Berbaring miring ke arah kanan. Reno berdiri menghadap ku.

"Kakak tidak pernah merawat vagina kk lagi?" reno mengelus rambut pubisku. Aku diam saja.
"Wanita itu harus merawat barang mereka, karna banyak kuman dan bakteri yg di hasilkan oleh lendiri ini". Kata Reno sambil mulai mengelus vaginaku. Dia memainkan klitorisku, menarik lendir dari lubang dan di arahkan sebagai pelumas. Aku mulai menggelinjang. Rasa nikmat itu mengalir ke seluruh tubuhku. Aku sudah tidak bisa fokus lagi dengan tugasku, aku mulai menikmati setiap elusan jari jemarinya di area paling sensitif yang aku miliki. Pinggulku makin lama makin mengikuti arah tangannya. Tangan kiriku tanpa ku perintah menekan tangan nya untuk terus menggosok klitoris ku. Bahkan aku yang membimbing tangannya agar lebih cepat. Nafasku makin memburu. Aku sudah tidak ingat dunia lagi. Aku mau merasakan puncak dari kenikmatan ini.

Agh...agh..agh... Terus dek ahh.. Ah...

Desahan nakal tak henti keluar dari bibir ini, tidak ada lagi rasa malu, tidak ada lagi rasa takut, tidak lagi sadar bahwa tangan yang sedang mengelus kewanitaan ku ini adalah tangan yang dulu mungil bergelayut dalam gendongan ku. Tangan ini sudah sangat kekar, gagah membuai wanita menuju surga dunia.

ahhhhh hhhhhhhhhh....

Aku lengkungkan pinggangku, menekan tanganka terus menempel. Aku mencapai klimaks. Aku puas.

Nafasku masih tersengal-sengal ketika aku sadar reno sudah merapikan celananya. Dia cium keningku, dan beranjak meninggalkan kamar.

BERSAMBUNG

1 comment: