ini blog yang berisikan kisah-kisah seks sedarah. bagi agan-agan yang tidak berminat dengan konten ini silahkan di minati. wkwkwkw

Sunday, May 7, 2017

DILEMA.CINTA SIMALAKAMA XIII

Aku masih meringkuk di sofa ruang tamu. Jari jemariku masih sibuk men-scroll layar hp naik turun tanpa tujuan. Aku masih berada di zona remang-remang. Pikiranku masih terbagi antara kenyataan saat ini dan kenanga manis bersama pak prima. Jariku berhenti ketika melihat postingan Reno. Status nya kemarin.
"Aku akan berusaha sekuat tenagaku untuk menghapuskan air matamu, dan menjadikan luka lama itu tak lagi terasa sakit". Ada rasa geer di hatiku. Seolah aku mengklaim bahwa status nya tersebut di tulis untuk ku. Tapi memang bisa jadi arahnya kesana. Toh selama ini reno selalu berusaha baik kepadaku. Baik seperti pak prima.

Kenangan itu kembali lagi

Hari demi kami makin akrab. Gosip sudah beredar bahwa aku pacaran dengan pak prima. Aku santai-santai saja. Bahkan cenderung bangga. Kami sering jalan berdua di kala dia tidak sibuk.
Hari itu di cimory, puncak kami memadu kasih.

"Kalau kita punya anak pasti cantik kayak dedek". Dia menengadah menatapku. Akupun mengelus kepalanya yang sedang tiduran di pahaku.

"Kalau anak kita cowok, pasti cakep kaya papanya, hidungnya mancung, pinter lagi". Aku cubit hidungnya.

"Kita bikin yuk!". Dia beringsut naik dan mencium bibirku.
"Emang abang gak bakal nyesal punya istri kaya dedek, yabg gak bisa apa-apa?".
"Cuma laki-laki super bodoh yang menolak.punya istri seperti bidadari kayak gini."

Lumatannya makin kuat di bibirku, rabaan nya menjalar keseluruh tubuhku dan aku pasrah dengan apa yang dia lakukan. Aku bakal menjadi istri dari laki-laki yang sangat hebat.

Kami pulang kerumahnya sudah hampir jam 10 malam. Rumahnya terang. Lampu menyala. Ada orang yang masuk.
Dia mengeluarkan pistol dari dashboar dan masuk kedalam. Aku menempel ketat di belakangnya.

" hei capt, sorry we came without call you first. Urgent." sahut perempuan yang berdiri di depan TV tanpa menoleh kekami. Di ruang tengah sudah ada 4 orang. 3 laki-laki dan wanita yang menyapa kami tadi. Mereka cuek sekali. Seperti rumahnya sendiri. Yang pakai sweater abu-abu sedang makan mie instan sambil kaki nya naik di atas meja. Satu lagi sibuk mengotak-atik laptop di atas meja. Yang pakai kemeja menempalkan kertas-kertas seperti kliping ke dinding. Pak prima menoleh kepadaku sambil menyelipkan lagi pistolnya kepinggang. "Mereka team abang"  ujarnnya.

Aku duduk saja sofa ruang tamu. Ketika pak prima menemui teamnya dan kemudian mereka berdiskusi serius sekali. Aku tidak mengerti apa yang mereka katakan. Mereka bicara bahasa inggris dan ku akui inggrisku sangat parah. Lama-lama aku tertidur. Dalam mimpiku pak prima membisikiku. ' I Love you siska. But I'm sorry. I must go'.

....

BENCANA

Aku terbangun hari sudah pagi. Cahaya matahari menyilaukan mataku. Aku tidur di kamar, masih mengenakan baju kemarin. Dia sudah bangun. Tidak ada di sisiku.

" abang........" aku panggil dari kamar. Masih malas untuk bangkit.
Tidak ada sahutan.
"Abaaaaang....". Tetap sunyi. Aku langsung bangkit dari ranjang.

Di atas meja ada secarik kertas, ATM dan hp.

Maaf abang tidak pamit. Abang harus pergi menjalankan tugas. Tunggu abang menghubungi dedek ke HP yang ada di atas meja. Jaga baik-baik, cuma itu sarana komunikasi kita. ATM itu untuk dedek, pergunakan dengan baik ya sayang.
I Love you
Prima

 Serasa petir jutaan volt menyambar hatiku. Aku bingung bagaimana menyikapi ini. Air mataku menetes tanpa ku perintah. Aku ambil HP ku dari dalam tas dan menelpon nomornya. Hanya ada sahutan operator. Nomornya tidak aktif. Aku masukkan hp dan ATM ke dalam tas. Dan langsung bergegas pulang ke kost ku.

...

Sudah satu bulan sejak kepergian pak prima. Aku sangat tidak bersemangat untuk datang ke kampus. Aku banyak termenung meskipun teman-teman berusaha menghiburku. Dia juga tidak bisa di hubungi. 3 hari setelah dia pergi dia telpon dan bilang kalau mau berangkat ke medan tugas. Suaranya seperti sedang berada di helikopter. 1 minggu kemudian dia mengabarkan lagi kalau dia bakal susah menghubungi dalam waktu dekat. Tugas kali ini amat penting dan rahasia. Hanya itu. Sekarang aku tak bisa lagi menghubunginya. Sekedar menghilang rindu terkadang aku mengirim pesan ke WA nya meskipun aku tahu itu tak pernah di bacanya.

"Abang, hari ini dedek gak semangat kekampus, malas banget padahal mata kuliahnya dulu dedek suka karena abang yang ngajar. Sekarang di gantiin sama pak Slamet. Ngantuk banget belajar sama dia. Abang cepat pulang ya. I love U". Aku kirim WA ku. Hanya contreng 1. Sama seperti WA ku sebelumnya. Kepalaku jadi pusing, pusing sekali. Semua terasa berputar-putar. Aku merasa mual sekali. Aku bergegas keluar kelas, berlari tanpa pamit ke dosen yang lagi ngoceh di depan. Buru-buru aku masuk ke wc dan muntah. Tidak yang keluar. Hanya air. Dan mualku tak juga hilang. Muntah lagi sampai beberapa kali baru mualku reda.
Aku bergegas ke kantin di ujung bangunan kelas kami, aku beli tolak angin dan meminumnya langsung. Aku tidak langsung kembali ke kelas. Pasti di marahi kalau masuk lagi setelah keluar dengan begitu kurang ajarnya. Aku lapar. Aku baru ingat dari kemarin aku belum makan apapun. Mungkin mual ini gara-gara asam lambung yang naik. Aku pesan semangkuk bakso. Meskipun selera makan belum datang menghampiriku ketika baksonya datang.
'Kenapa aroma bakso ini menyengat sekali' batinku. Sendokan pertama yang masuk ke mulutku langsung memicu mual ku kembali. Aku langsung berlari lagi ke wc. Muntah lagi.

"Kamu tidak apa-apa ka?" tanya Lita yang menghampiriku ketika keluar dr wc. "Kamu muntahnya keras banget. Kengeran sampai keluar."
"Aku rasa aku masuk angin ta. Tolong antarin aki pulang ke kost ya!" aku melangkah gontai ke luar. Duduk di tangga sambil menunggu Lita menggambil tas ku di kelas.

Sebelum pulang kami mampir ke ATM depan kampus. Uang tunai ku makin menipis.
"Buseetttt, duit mu banyak amat sis. Kamu abis merampok di mana?" seru Lita kaget ketika melihat saldoku. Aku juga awalnya kaget ketika ngecek saldo ATM yang di tinggalkan pak Prima. Saldonya ada 50jt.
" di kasih pak Prima sebelum dia pergi". Jawabku sekenanya.
" widihhh, duit enak nih. Yuk shoping yuk..."
" tunggu aku agak baikan ya, tar kita shopping. Aku kasih 1jeti lah untuk kamu". Jawabku...
"Asyyiiiikkkkk, tapi pak Prima banyak juga ya duitnya. Padahal kan cuma dosen honor." kejar Lita
" dia menang tender, makanya sekarang gaknngajar lagi. Dia lagi ngerjain projeknya." dalam hatiku sebenarnya merasa miris. Aku juga gak tau dia dapat duit dari mana. Dan kamipun sudah melaju ke kost ku.
...

Sudah tiga hari mual itu tak juga berhenti. Lita juga dengan rela nginap di kost ku. Dia yang mengurusi ku. Kami hari ini tidak kuliah.
Aku sudah 6 kali muntah pagi ini. Dan sudah tidak ada lagi yang bisa ku muntahkan.
" ka, kamu kapan terakhir Mens?" tanya Lita
" bulan kemaren ta."
" bulan ini tanggal berapa biasanya mens?" kejar Lita lagi.
" biasanya sih awal bulan ta".
" ini udah tengah bulan loh ka, kamu gak ngerasa ada yang aneh?"
Aku diam, dan mulai berfikir. Aku sudah telat mens lebih dari seminggu. Biasanya aku rutin mens di awal bulan. Aku menepis kemungkinan itu. Mungkin jadwalnya berubah karena aku stress.
"Coba nanti kita kedokter ka. Gak bisa di biarin juga kamu muntah-muntah gini terus!". Saran lita.
" dimana ada dokter ta, jangan yang deket kampus kita lah kalo ada".
"Ada, di depan gang rumah bibiku ada dokter praktek. Nanti sore kita kesana.
...
Jam 5 kami sudah ikut mengantri di ruang tunggu dokter Nurmala. Aku dapat urutan kedua.
"Nyonya Siska". Panggil asistennya. Aku agak kaget di panggil nyonya. Akupun mendelik ke arah Lita.
"Cuma buat jaga2 dari kemungkinan terburuk ka." jawab lita. Akupun mengerti dan berjalan masuk.
"Apa keluhannya bu siska". Tanya dokter Nurmala ramah. Dan akupun menjelasakan.
" kita cek tekanan darah dulu ya". Aku nurut saja. Kemudian cek pakai stetoskop di perutku dan di USG.
" kapan terakhir mens bu?" tanya dokter lagi.
"Bulan kemarin dok!".
"Ibu silahkan ke toilet. Kita ambil sampelnya ya."
Aku nurut aja. Dalam hati aku cemas sekali. Aku takut kalau kemungkinan buruk aku pikirkan terjadi. Tak lama aku kembali kedalam. Membawa sample urin. Dokter mengambilnya dan memsukkan alat tes.
" suaminya ikut ngantar bu?". Tanya dokter Nurmala ramah.
"Nggak dok. Dia lagi kerja". Jawabku. Dan batinku meneruskan. Aku juga gak tau dok dia dimana.
Dokter Nurmala mengangkat alat tesnya. Di goyang-goyang. Kemudian tersenyum.
"Selamat ya bu Siska, sebentar lagi ibu akan menjadi seorang ibu. Ibu positif hamil."
Petir menyambar dadaku, aku tidak gembira mendengar ucapan selamatnya. Aku hamil tanpa suami. Aku bahkan tidak tahu kemana harus menuntut tanggung jawab atas kehamilanku. Orang yang menghamiliku sekarang menghilang di telan bumi. Tanpa di.perintah air mataku mengalir.
"Loh kok nangis bu?"
" saya bahagia dok. Suamiku pasti senang mendengar kabar ini". Jawabku. Hanya itu kalimat yang terpikirkan saat ini.
" oh pastilah bu, anak pertama kan?, semoga lancar ya bu hingga persalinan nanti."
" iya dok. Makasih".
Aku keluar. Menebus obat ke apotik dan langsung keluar klinik.
Kami baru masuk mobil, Lita langsung memegang pundakku.
"Gimana ka?" tanyanya
Aku diam saja dan memberikan kertas hasil perikasa ke Lita. Dia membukanya bergegas.
"Astagaaaaaaa... Ini anaknya pak Prima kan?".
Aku hanya mengangguk.
"Telpon dia ka. Suruh dia pulang. Dia harus nikahin kamu secepatnya!". Tukas Lita
Aku diam saja.
"Ta, antarin aku ke pasar dulu yuk. Kita cari nanas muda".

BERSAMBUNG.

No comments:

Post a Comment