ini blog yang berisikan kisah-kisah seks sedarah. bagi agan-agan yang tidak berminat dengan konten ini silahkan di minati. wkwkwkw

Thursday, July 27, 2017

DILEMA CINTA SIMALAKAMA XV

DCSS

Ada suara bising, pandanganku silau sekali. Aku susah membuka mata. Tubuhku juga berat.
“ siska.. Siska... Dia sudah sadar. Dia sudah sadar.!” Ada yang setengah berteriak di sebelahku.
“ Ka.. Ka... Ini aku Lita. Kamu bisa liat aku?” sinar silau itu makin memudar. Meskipun belum jelas tapi aku tahu kalau itu adalah sahabatku Lita. Aku kenal suaranya.
“ aku di mana ta?” suaraku lirih sekali. Aku sendiri sulit mendengar suaraku.
“ kamu di rumah sakit Ka.”
Aku kaget.  jadi ingat semuanya mulai dari sakit perut, hingga pendarahan hebat di kamar mandi. Aku melihat kebawah. Aku sudah mengenakan pakaian Rumah sakit. Dan makin lama aku penglihatanku makin jelas. Orang ramai mengitariku.
“ ta, kenapa rame? Mereka semua tahu kondisiku?” tanyaku kepada Lita
“ iya ka, terpaksa mereka harus tahu. Pas aku sampai ke kostmu, aku ketok2 gak ada jawaban. Pas aku mengintip kedalam ada banyak darah di lantai aku jadi panik. Aku teriak minta tolong. Ada bapak kost mu sama tetangga yang ngedobrak pintu.” Jelas Lita. Suaranya serak. Seperti habis nangis
“ mereka melihat semuanya ta?” tanya ku lagi.
“ iya. Tapi kamu gak perlu memikirkan hal itu dulu sekarang. Yang terpenting kamu selamat. Kamu sempat kritis tadi. Kamu udah pingsan lebih dari 6 jam. Pemilik kost mu td nelpon tante kamunyang di bogor. Sekarang mereka udah disini. Lagi nyiapin kamar inap kamu. Orang tuamu juga besok kesini.”. Jelas lita lagi.

Oh tuhannnn... Aku mendadak jadi ingin melarikan diri. Aku tidak mau mama dan papa melihatku dalan kondisi seperti ini. Mereka pasti akan marah sekali. Aku mau lari. Aku mencoba bangkit.
“Siska, kamu ngapain? Jangan bangun dulu.” Lita panik dan berusaha memengangku. Beberapa orang juga menenangkanku. Tanteku masuk ke ruangan beserta perawat.
“Aku mau mati saja. Aku mau mati saja”. Ada beberapa orang memengang tanganku dan ada perawat yang menyuntikan obat ke infusku. Pandanganku gelap lagi.
.....

NERAKA
Aku beranjak dari ruang tamu. Pindah ketaman belakang, duduk di gazebo taman belakang sambil memandangi ikan yang berenang di kolam. Sudah sebulan aku kembali kerumah. DO dari kampus. Dan di batasi kemana-mana. Aku seharusnya bersyukur tidak di penjara. Salah satu yang membawaku ke rumah sakit adalah anak bapak kost. Dia seorang polisi bagian Kriminal. Aku tidak tahu bagaimana papa menyelesaikannya. Yang ku ingat ketika mereka tiba di RS dia tidak berbicara denganku sepatah katapun. Dari raut muka mama juga ada kekecewaan yang sangat besar. Sebagai seorang Hakim. Papaku tau betul hukuman yang harusnya menimpaku. Dosen-dosenku juga semua tahu. Karena papa sempat mendatangi Rektor untuk mencari Pak Prima.
Kalau ku temukan dia. Kupatahkan lehernya saat itu juga. Aku masih ingat jelas kata-kata papa saat itu. Akupun juga ingin sekali bertemu dengan pak Prima. Aku mau marah. Aku juga rindu dia. HP yang dia berikan tertinggal di kostku. Cuma beberapa barang penting di di bawa mama pulang. Selebihnya di tinggalkan saja. Aku sudah menghubungi Lita supaya dia mengirimkan Hp itu kepadaku. Tapi kostku sudah di isi oleh orang baru. Dan dia bilang tidak ada Hp ketika pindah kesana. Aku kehilangan kontak dengan orang yang aku cintai dan sekaligus aku benci.

Di rumah ini aku di anggap sampah. Tidak di perdulikan. Hanya ada makian, bentakan dan amarah yang ku terima. Bikin malu saja. Anak seorang hakim melakukan tindak kriminal. Kata-kata yang sangat mengiris hati. Mama juga tidak banyak bicara. Sekenanya saja. Meskipun dia tidak marah-marah seperti papa. Hanya Reno seorang yang masih menganggap aku sebagai manusia. Reno baru 2 minggu kembali kerumah. Dan keberadaannya sangat menyejukkan hati. Minimal mengurangi sakit hatiku. Dia sering mengajakku ngobrol. Bercerita tentang kerjaanya yang baru. Atau cerita-cerita lucu ketika dia masih dalam karantina. Kami memang sangat bertolak belakang. Bagai bumi dan langit. Reno selalu berprestasi. Aku tidak. Reno selalu di banggakan. Aku di cemooh. Aku bersyukur masih di beri fisik yang ideal. Sehingga rasa sakit itu tidak terlalu lengkap.

Reno juga bercerita bahwa tahun kemarin ketika aku masih di bandung, ekonomi keluarga kami anjlok. Salah satu minimarket kami harus tutup karena tidak lagi mendatangkan keuntungan. Serangan kapital pusat dengan masukkan Alfamar* dan ind*maret ke kota kami sangat berpengaruh ke toko kami. Dan yang mengejutkan adalah yang membantu membuatnya bangkit lagi adalah Reno. Seorang remaja baru lulus SMA yang mengembalikan kestabilan. Aku dapat cerita dari bi Sur. Asisten rumah tangga kami. Papa sibuk di pengadilan. Mama pun begitu. Reno berusaha keras menyusun ulang sistem dan akhirnya perlahan usaha keluarga bangkit lagi. Ketika teman-temannya sibuk kuliah. Dia sibuk berdagang. Sukses berdagang dia melamar di Akpol. Dan lulus dalam test pertama.
Ini anakku loh. Kata-kata papa setiap memperkenalkan Reno kepada teman-temannya. Aku jarang sekali di kenalkan. Tidak ada kebanggaan pada diriku. Dan papa benci kepada orang yang hanya bermodalkan paras rupawan tanpa perjuangan.
Aku buka akun facebookku, melihat-lihat timeline. Ada yang posting foto jalan sama pacarnya. Ada yang sama keluarganya. Aku iri sekali. Cewek itu tidak lebih cantik dari ku, tapi dia terlihat bahagia bersama pacarnya. Yang posting jalan-jalan dengan keluarga juga terlihat bahagia meskipun hanya jalan-jalan di wisata sederhana di kota tetangga. Sedangkan aku, cantik tapi di tinggal pacar. Keluarga kami tidak kurang dalam ekonomi. Tapi aku tidak bahagia. Bahkan menjadi sampah.
“seandainya aku memiliki kehidupan yang menyenangkan. Alangkah bahagianya” aku tulis status di Timeline kusendiri.hanya sebentar saja. Puluhan Orang like dan komentar. Rata-rata cowok.
Sini deh. Biar aku yang bahagiain hidup u. Kata salah satu komentar. Tidak aku balas. Aku jarang menyapa orang yang komen. Aku tidak mau terlihat murahan. Ada notif WA masuk.
"Nanti sore kita keluar yuk kk. Ada mall yang baru launching. Nanti aku yang izinin sama papa." WA dari reno. Dia tau aku lagi bersedih. Dia mau menghiburku.
Klo di izinin kakak mau aja. "Tp kk gak punya duit". Balasku
Kakak tenang aja. Duitku banyak. Susah mau di habisin. Wkwkwk.  Balas reno lagi. Aku tersenyum. Seandainya bukan adikku. Sudah kuajak pacaran anak ini. Dia baru beli Motor Sprot dari gaji yang di rafel selama masa pendidikan. Sebenarnya papaku juga memberikan 30% keuntungan minimarket kami untuk reno. Dari ke 3 cabangnya. Reno tidak bakalan susah secara keuangan.
Jam 3 sore reno sudah sampai di rumah. Lebih cepat dari biasanya. Aku lagi duduk di balkon atas ketika dia naik. Kamar kami ber2 di lantai 2. Kamar dia menghadap ke samping. Kamarku menghadap ruang keluaga. Kamar kami terpisah dengan lorong yang biasa kami pakai untuk karaoke.
“ kakak belum siap-siap?” tanya Reno. Dia duduk di sofa. Sambil membuka buntelan berkas yang dia bawa.
“belum lah. Tar kakak udah siap-siap gak taunya gak jadi. Adek udah izin ke papa?” aku masuk ke dalam dan duduk di sebelahnya.
“udah tadi aku telpon papa. Dia ngizinin. Aku juga mampir ke toko dulu. Ambil laporan penjualan sama data stok”. Lanjut reno tanpa menoleh. Dia sibuk membolak balik berkasnya.
“Iss, lain nih calon direktur. Sibuk terus.” Candaku.
“eits, jangan salah ya. Aku emang dari dulu direkturnya. Papa kan gak boleh jadi direktur. PNS mana boleh”. Lanjut reno lagi
“ iya deh pak dir. Kakak mau mandi dulu. Siap-siap.” Aku bangkit dan masuk ke dalam kamarku.
Setengah jam lebih aku di kamar. Mandi dan siap-siap. Awalnya aku pakai setelan gaun plus rok pendek warna hijau. Tapi aku baru ingat kalau mau pakai motor. Jadi aku tukar lagi dengan celana panjang warna krem dr bahan katun, dan baju sutera lengan panjang warna biru. Aku pakai tas juga warna biru.  Dan sepatu wedges krem. Aku lihat di cermin. Riasan ku tidak berlebihan. simpel. Aku merasa cantik. Aku sudah siap. Pukul sudah menunjukkan ke angka 4. Sudah 1 jam aku siap-siap.
Aku keluar kamar. Reno juga sudah siap. Dengan baju kaos oblong putih abu-abu dan celana blue jeans panjang. Reno menatapku.
“ widih.....cakep amat. Bidadari nyasar ya?” guraunya. Aku merasa malu dan senang. Meskipun yang memujiku adiku sendiri.
“yuk ah. Berangkat.” Ajakku.
....
BERSAMBUNG

2 comments: