ini blog yang berisikan kisah-kisah seks sedarah. bagi agan-agan yang tidak berminat dengan konten ini silahkan di minati. wkwkwkw

Monday, January 15, 2018

DILEMA CINTA SIMALAKAMA XVII

Sinaran lampu ruko memperjelas sosok lelaki yang sekarang berada di belakangku. Aku dengan cepat menaikkan celanaku kembali. Begitu juga reno. Penis nya yang sudah maksimal dia masukkan lagi kedalam sarangnya. Raut kekecewaan jelas tampak dari sorot matanya. Dia tak mau melihatku. Aku menoleh ke kiri. Kulihat sepasang sejoli tadi juga sudah bergegas mau meninggalkan tempat. Akupun begitu. Hujan sudah tidak deras lagi.
Di sepanjang jalan pulang kami diam membisu sejuta bahasa. Aku takut mau memulai percakapan dengan Reno. Wajahnya sangat serius terlihat dari kaca spion.
"HEI ANJING. BUKAN JALAN NENEK MU INI!!". Reno mengumpat keras ketika ada sepeda motor ngebut keluar dari gang.
Motor tadi berhenti.
"Mau mati kau!"  gumam reno sambil memberhentikan motornya.
"Adek, jangan." aku tarik tangannya. Aku tahan dia agar tidak menghampiri pengendara motor td.
"SINI KAU, BIAR KU HABISI KALIAN DI SINI".
Aku peluk reno dari belakang sambil berusaha keras menanhannya.
Aku bikin gerakan tangan seperti mengusir kearah bapak pengendara motor tadi. Aku harap dia mengerti. Tapi si bapak malah jadi makin emosi. Dan menghampiri kami.
"APA KAU BILANG. MASIH BOCAH SUDAH KURANG AJAR SEKALI KAU!" Teriaknya.
Reno menggerakkan badannya dan pelukanku terlepas. Aku baru mau mengejarnya ketika tinju reno sudah telak menghampiri dagu bapak tadi. Dia tersungkur.
"RENOOOOO!!!!!! UDAH... "
Aku berdiri di tengah tengah mereka membentangkan tanganku. Aku peluk reno dan aku dorong dia kebelakang.
"PAK LARI PAK. ADIKKU BAWA SENJATA API".
Bapak tadi terhuyung-huyung berdiri. Kemudian menghidupkan sepeda motornya. Dan pergi meninggalkan kami.
Aku dorong reno ke motor kami.
"Adek kenapa sih, kok marah-marah gak jelas gini".
Dia diam saja sampai kerumah.
"Kakak yang kasih makanannya sama papa. Tuh dia masih di ruang kerjanya." suara reno sudah lembut dan tenang. Kemudian dia langsung naik ke atas.
Tak banyak basi ketika aku memberikan makanan kepada papa. Dia juga menanggapi dingin. Aku langsung naik ke kamarku.

AMARAH
Pagi ini aku tak ada kegiatan. Aku ingat aku punya akun lama yang jarang di pakai. Aku buka. Aku tersenyum sendiri melihat namanya. Aku lupa kenapa aku menggunakan nama samaran ini. Ada ratusan notif. Dan puluhan chat dari orang-orang yang mau ngajak kenalan. Ada satu yang lumayan cakep. Aku balas.
Tak terasa hari sudah hampir jam 2. Aku masih chatingan dengan laki-laki tadi. Entah kenapa aku nyaman sekali chating dengannya. Tata bahasa nya bagus. Gombalan2 nya juga lucu dan membuat pipiku merah. Dia minta fotoku. Dan aku kirim.
"Kamu cantik ya. Walau belum mandi". Balasnya
Aku makin tersipu. Aku juga minta fotonya.
"Bentar abang foto dulu. Mau yang pose gimana?".
"Yang seksi. Wkwkwkw" balasku.
Satu foto masuk. Aku buka. Wow. Fotonya bertelanjang dada. Bodinya keren. Otot-otor perutnya terlihat jelas. Kotak-kotak dan basah oleh keringat.
"Kok abg keringetan gitu". Balasku
"Abg lagi olah raga. Biar tar kuat klo mau push up di atas adek". Balasnya.
"Push up kok di atas aku sih".
"Push up gini." dia kirimkan foto sepasang sejoli lagi bersetubuh dengan pose laki-laki di atas. Aku merasa kewanitannya berkedut dan basah melihat foto ini.
"Abg mesum ih". Balasku.
Chat kami berlanjut makin panas. Aku makin terbuai dengan kata-katanya.
"Pengen liat adek bugil dong." balasnya.
Entah setan mana yang merasukiku hingga aku mengirimkan foto bugilku. 4 pose berani meskipun aku tak memperlihatkan wajahku.
"Abg.. Aku udah basah. Masukin sayang". Balasku lewat pesan suara.
Chat kami berlanjut dengan pesan suara. Desahan-desahan ku kirimkan padanya. Aku sudah benar-benar bernapsu.

Pintu kamarku terbuka. Reno berdiri di depan pintu dan menatapku tajam.
Dia langsung masuk dan merampas hp ku.
"DASAR CEWEK MURAHAN!!!" Bentaknya.
Aku ketakutan sekali. Semua napsu yang tadi menguasai diriku menguap.
"Jadi ini kerjaan kakak tiap hari. Mengobrol tubuh keorang lain." maki reno
Aku terdiam. Tak berani menatapnya.
"Ini tak bisa di biarkan. Ini harus di laporkan ke papa".
Aku kaget dengan ucapan reno. Aku langsung berlutut dan memeluk kakinya.
"Jangan dek. Jangan, papa bakalan tambah marah ke kakak. Lebih baik adek bunuh saja kakak. Kalau adek sudah marah juga dengan kakak. Tidak ada lagi gunanya kakak hidup." aku menangis di kaki reno. Aku tidak memperdulikan kondisiku yang masih telanjang di hadapannya.
"Aku akan cari laki-laki ini, bakal kuhabisi dia" Jawab reno.
"Jangan dek, masalahnya bakal tambah besar. Kakak akan lakukan apa aja untuk adek asal adek mau maafin kakak".

Reno menarik tanganku. Aku berdiri di hadapannya.

"Puasi aku".

BERSAMBUNG


No comments:

Post a Comment