PART II, KENANGAN
Masih terkenang kejadian-kejadian masalalu ketika
masih SMA. Di kelas tiga SMA aku kembali di selamatkan Reno dan kejadiaaan itu
tidak jauh berbeda dengan kejadian kami saat SD. Aku ada PR Fisika yang tidak
aku mengerti karena ketika pelajaran berlangsung aku sedang mengikuti latihan
Drum Band. Aku kebingungan menatap buku di meja belajar. Rumus-rumus di buku
panduan dan buku catatan seperti menari-nari dan tarian itu sangat tidak ku
mengerti. Kalau tidak di kerjakan udah pasti kena marah, pak Lubis, guru fisika
yang paling killer yang pernah ada di
jagat raya. Aku keluar dari kamar dan membawa buku catatannya dan buku panduan,
ku lihat Reno lagi nonton.
“ Dek, bisa bantuin kakak gak?” aku duduk di sofa
menghadap ke Reno.
“ gak bisa, lagi sibuk!” jawab Reno sambil tetap
nonton acara TV.
“ye... ayo dong dek..bantuin kakak.” Aku pukul dia
dengan bantal sofa. Dan akhirnya reno bereaksi.
“ Eh ni orang, minta tolong tapi mukul-mukul,
pemaksaan ini namanya.” Hardik reno sambil cengar-cengir dengan nada mengejek.
“ aaaaa, ayo dong adek kakak yang pinter dan
cakep. Bantuin kakak bikin PR. Kakak gak ngerti. Ntar kakak beliin kamu nasi
goreng deh.” Aku bujuk dengan makanan kesukaannya.
“emang kakak punya duit?” ejek reno
“ minta sama papa. Hehe”
“ enak aku minta langsung aja sama papa, beres.”
Takus reno di iringi tawanya
“ aaaa, ayo dong dek, bantuin.” Rengekku
“ eh kak, dimana-mana yang minta bantuin tu adek
ke kakak, anak kelas 1 minta bantu bikin PR sama yang kelas 3. Bukan kebalik.”
Ejek reno sambil memutar badan dan mengambil buku dari tangnku, tanda persetujuaanya.
“ cantik-cantik oon”. Balas Reno.
“biarin. Weee”. Aku cibirkan lidah kearah dia.
Satu sisi dia mengejek, tapi dia juga bilang cantik, aku merasa tersanjung di
puji.
“yaudah, mana PR nya?”
Aku pun membuka PR fisikanya, materi nya tentang
penghitungan energi hukum Newton. Soalnya hanya ada tiga. Tapi satu soal aja
jawabannya bisa 2 lembar buku. Mikirin aja aku udah pusing. Aku lihat reno
sudah mulai menuliskan sesuatu di coret-coretannya.
“ini rumus nya mana?” tanya reno
“ gak tau. Hehe, di catatan ini kali.” Aku
serahkan buku catatanku ke dia. Reno langsung membolak-balikkan halaman per
halaman. Kadang matanya ke buku panduan, kadang ke buku PR kadang ke ke buku
catatan. Sebentar-sebantar dia mencoret-coretkan sesuatu yang aku tidak
mengerti di coretan. Coretannya panjang sekali. Udah lebih 3 kertas buram.
“ini kakak harus cari berapa nilai gaya nya dulu?”
celoteh Reno dengan mata tetap fokus ke coretan-coretannya tidak menoleh ke
arahku. Aku iya-iyain aja. Karena sedikitpun aku tidak mengerti. Di tambah
dengan mata yang semakin berat. Suara-suara Reno kadang jelas kadang samar di
telingaku penglihatan ku juga mulai redup. Aku menopangkan lengan ke sandaran
sofa untuk mengganjal kepala ku yang diserang kantuk berat. Ini lah selalu yang
ku alami, setiapa mau belajar. Kantuk nya menjadi-jadi. Mata ini tidak bisa di
ajak kompromi. Terdengar sesekali suara reno, namun makin lama suara itu main
jauh dan sayup. Aku tidak bisa lagi mendengarnya dengan jelas. Ah, menjam sebentar doang gak masalah, tar
kalau selesai bisa aku pelajari sendiri. Batin ku menggumam.
...
“Siska!! Coba kerjakan PR kamu di papan tulis.”
Perintah pak Lubis
Aku kaget setengah mati, padahal aku sudah
berusaha menghindar dari pandangan beliau agar tidak maju kedepan. Tapi apa mau
di kata, semua sudah terjadi. Namaku sudah di ucapkannya dan tidak bakal bisa
di tarik lagi. Pasrah kulangkahkan kakiku ke depan. Entah apa yang harus ku
lakukan. Biarlah tuhan yang membimbing tanganku. Ku ambil spidol dan kuarahkan
ke papan tulis kelas.
Tanganku mulai menggoreskan tinta spidol ke papan
tulis kelas bahkan sebelum diperintah oleh otakku. Dengan lancar tangan ini
menuliskan angka-angka yang bahkan tidak ku mengerti. Ajaib Sekali. Tanganku
benar-benar di bimbing Tuhan. Hanya dalam hitungan menit ketiga soal itu aku
selesaikan. Kaki ini juga bergerak sendiri. Aku berbalik ke hadapan teman-teman
yang masih terperangah. Mulutku juga melakukan tindakan sendiri. Lidah ku
mengeluarkan kata-kata ilmiah dengan sangat lancar. Menjelaskan jabaran Rumus
yang baru kutuliskan ke papan Tulis. Teman-teman terperangah dengan
perubahannku, aku yang biasanya tidak bisa apa-apa sekarang menjadi begitu
lancar. Ekspresi kaget juga ada di wajah pak lubis. Ekspresi kaget bercampur
rasa hormat. Dia mengakui kehebatan baru ku ini. Spontan seluruh isi kelas
bertepuk tangan. Dengungan-dengungan kagum ku dengar di seluruh penjuru kelas.
Bahkan Spidol, papan Tulis, Buku, Meja dan kUrsi seolah juga mengutarakan
kekagumannya kepadaku. Aku menjadi senang sekali. Perasaan bahagia dan bangga
ini baru ini kurasakan.
Tok...tok...tok...
“Siska...!!!” mamaku muncul di depan pintu kelas.
Suaranya melengking. Kenapa mama kesekolah ini mendadak.
“SISKA.!!!!! Bangun... udah pagi” makin lama suara
mama makin jelas, dan teman-teman kelasku makin menjauh. Semakin mengecil di
iringi oleh suara mama yang terus memanggil. Kelas menjadi gelap. Kemudian
muncul pancaran cahaya yang menyilaukan mata dan aku dapati tubuhku masih
berbaring di tempat tidur berwarna Pink. Di kamarku. Terjaga dari mimpi indah
yang mungkin tidak pernah aku alami di dunia nyata.
“iya udah bangun” sahutku malas dari dalam kamar.
ASTAGA.. aku terhenyak, bagaimana dengan PR fisika
ku. Aku ketiduran malam tadi. Dan bagaimana aku bisa pindah ke kamar. Siapa yang memindahkan ku ke kamar? Apa aku
pindah sendiri? Baju ku juga sudah berganti. Malam tadi aku masih
mengenakan baju kaos oblong dan celana jeans. Aku belum ganti baju dari sore.
Sekarang aku sudah mengenakan daster tidur. Dan TANPA BH!!! Aku coba memutar
kembali ingatan ku. Mengingat apakah aku sempat mengganti baju sebelum tidur.
Aku bangkit cepat aku lihat bajuku malam tadi sudah tergantung di gantungan
baju belakang pintu. BH ku juga ada di sana. Kejanggalan, Aku tidak pernah
menggantung BH, aku hanya sekali sehari mengenakan BH. Sudah pakai aku langsung
menaruhnya di keranjang pakaian kotor. Kenapa sekarang tergantung. Aku
ingat-ingat lagi kejadian terakhir aku tertidur, aku tidur di sofa ruang
tengah. Dan yang ada hanya Reno. Apakah reno yang memindahkan ku ke kamar.
Kenapa aku tidak sadar ketika dia membopongku ke kamar.dan dia yang
menggantikan bajuku. Berarti dia juga yang melepas BH ku. Dia sudah melihat
tubuhku tanpa busana. Apakah dia melakukan sesuatu terhadap tubuhku ketika aku
tidur. Spontan aku bangkit dan menghadap ke cermin. Ku lepaskan dasterku dan
mengamati setiap jengkal tubuhku. Mungkin ada bekas merah yang di tinggalkan.
Tapi kulitku mulus-mulus saja. Tidak ada bekas seperti bekas remasan di seputar
payudara ku. Ku lihat pantat juga biasa saja. Vagina ku juga kering, tidak ada
lendir atau rasa perih jika sesuatu masuk secara paksa. Aku masuk ke kamar
mandi kamar, dan ku putuskan untuk ku tanyakan sendiri kepada Reno nanti.
Tidak lama aku keluar kamar dan sudah lengkap
dengan seragam sekolah. Buku PR fisika ku masih tergeletak di atas meja.
Lengkap dengan buku panduan dan catatan harian. Ku buka, dan ketiga soal itu
udah ada jawabannya. Tulisan tangan ini ku kenal, bukan tulisan tanganku,
melainkan tulisan tangan Reno. Kumasukkan saja kedalam tas dan Aku turun ke
bawah, kulihat papa dan Reno sedang sarapan. Kutunda saja sejuta pertanyaan
yang ada di kepala. Tidak enak jika di dengar papa.
“Buku PR kakak di atas meja sofa atas.” Ujar Reno
ketika melihat ku turun dari tangga. Dia masih asyik menyantap sarapannya.
“Iya udah kakak ambil”. Jawabku sekenanya dan duduk
di meja makan. Aku lihat papa yang dari tadi asik ngopi dan membaca koran pagi
jadi memperhatikannku. Sudut matanya menyiratkan suatu kecurigaan.
“Kau minta buatin PR sama adik mu lagi Siska?”
tanya papa. Nada suaranya tinggi, seperti menanyakan terdakwa di persidangan.
“uhuk... tidak pa, aku yang meminjam buku PR
kakak, ada yang mau aku pelajari tentang hukum newton, dan kakak bilang kalau
mereka juga sedang belajar materi itu. Jadi aku pinjam buku catatan, buku
panduan dan PR nya sekalian.” Sahut Reno cepat untuk membela ku. Aku sudah
gelagapan awalnya tidak tahu mau menajawab apa.
“loh kok kamu belajar pelajaran kelas tiga, emang
pelajarannya sama?” selidik papa.
“ Aku di tugaskan oleh guru fisika kami untuk ikut
Olimpiade sains kategori Fisika Astronomi. Dan materinya dari kelas satu sampai
kelas tiga. Makanya pinjam buku kakak.” Jelas Reno. Reno tidak sepenuhnya
berbohong. Dia memang ikut olimpiade Fisika. Tapi kali ini dia tidak pinjam
untuk dirinya semata. Tapi untuk bantu PR ku juga. Aku diam saja biar tidak
terjadi ke timpangan informasi. Toh, ini juga demi kebaikan bersama pikirku.
“ Ya Udah, kamu juga jangan terlalu menggantungkan
diri sama adik kamu siska. Masa gak malu sebagai kakak di bantu adik terus.
Bukan nya kakak yang membantu adik.” Serang papa. Kebiasaan nya berpidato
sepertinya akan di mulai.
“iya pa.” Jawabku singkat.
“ cepat sudahi sarapan kamu, kita mau berangkat.
Papa ada sidang hari ini.”
“ Kalau papa mau berangkat duluan gak papa. Aku
bareng reno aja naik Motor”. Ujarku cepat. Toh memang ada yang ingin aku
tanyakan ke Reno. Jadi nanti di motor bisa leluasa ku tanyakan.
“ ya udah, papa berangkat duluan.” “MA, Udah
Belum?” teriak papa.
“udah. Bentar lagi mama keluar”
Reno bangkit dan cium tangan papa dan mama. Aku
juga demikian. Tak lama kami juga udah berboncengan ke sekolah.
Jalanan pagi ini seperti biasa, macet. Reno
terkadang nyelip-nyelip di antara kendaraan-kendaraan yang lain. Entah kenapa
hari ini aku merasa tidak nyaman mau memeluk Reno. Tidak seperti biasanya. Aku
merasa jangal jika aku memelukknya dan kedua bukit kembar ku menempel di
punggungnya. Pikiran pun terasa tidak menentu, aku bingung bagai mana mau
memulai pertanyaan untuk kejadian malam tadi. Aku masih diam saja di belakang
Reno. Dan kami sudah berhentin di Lampu Merah pertama. Aku putuskan untuk
bertanya
“ Kakak kok bisa tidur di kamar ya malam tadi.
Perasaan kakak ketiduran di Sofa ruangan atas deh?” aku mulai pembicaraan
sambil melirik ekspresi wajah reno dari Spion motor.
“ aku yang pindahin kakak ke dalam. Kasian aja
tidur di luar. Tar kakak ku yang cantik ini di gigit nyamuk.” Canda reno sambil
memutar kepalanya ke belakang dan tersenyum.
Benar dugaanku, artinya Reno yang memindahkan ku
ke dalam kamar. Tapi masih banyak yang perlu aku pertanyakan.
“ kakak jalan sendiri ya?” tanya ku lagi.
“ hahaha.. kakak tidur kaya kerbau gitu, bagaimana
caranya bisa jalan ke kamar”.
Ledekan Reno seperti ini memang sering ku terima,
dan ungkapannya macam-macam. Mulai dari tidur kerbau, ini karena kalau aku
sudah tidur aku susah untuk di bangunkan. Ada juga CCO. Cantik-cantik Oon. Ya,
memang ku akui otak ku tidak secemerlang Reno. Ada barbie pengentut, dan
macam-macam julukan-julukan aneh yang di anugrahkan si sempurna Reno. Kepada si
Manusia paling tidak sempurna. Aku.
Aku kejar kembali kepertanyaan yang masih
terngiang di kepalaku.
“trus gimana caranya kakak bisa pindah kekemar?”
kejarku sambil mengencangkan pelukan ke pinggangnya. Kepala ku majukan kedepan.
Berusaha melihat wajahnya secara langsung. Jika orang lain melihat, kami
terlihat seperti sepasang Remaja yang sedang pacaran di atas Motor. Hehe
“ya aku gendong lah. Kaya film India.” Balas reno
singkat. Matanya Fokus ke Trafic light.
“ Kamu juga yang gantiin baju kakak?” aku makin penasaran,
“Iya” jawab reno
dada ku bergemuruh. Perasaan aneh ku rasakan
mengetahui kenyataan bahwa tubuhku telah di lihat oleh adik kandungku. Dalam
kondisi tidur. Tubuhku yang belum di jamah oleh siapa pun sekarang telah di
lihat oleh adik kandungku sendiri dan tubuh ini dalam kondisi hampir telanjang
Bulat. Ada perasaan marah, kesal dan rasa ingin tahu. Apa yang dia rasakan
ketika melihat tubuhku ini.
“ Kamu juga yang bukain BH kakak?” kejarku
“ Iya?”
Aku terdiam. Reno mengatakan itu tanpa ekspresi.
“gak usah takut deh, gak aku foto kok?” ledek
Reno. “gak mungkin juga aku mau buat kakak aku .yang cantik ini jadi bintang
Bugil Medsos. Haha”
Reno masih bisa bercanda di saat perasaan ku
begitu berkecamuk. Dadaku bergemuruh, jantungku berdetak cepat. Perasaan ini
aneh sekali. Mau di bilang ini marah, tidak juga, kesal, tidak juga, sedih,
tidak terlalu.
BERSAMBUNG
(demi keberlangsungan blog ini, kami mengharapkan kesediaan pembaca untuk meng-klik iklan-iklan yang ada di blog ini sebagai donasi kepada para penulis. terima kasih)
(demi keberlangsungan blog ini, kami mengharapkan kesediaan pembaca untuk meng-klik iklan-iklan yang ada di blog ini sebagai donasi kepada para penulis. terima kasih)
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete