ini blog yang berisikan kisah-kisah seks sedarah. bagi agan-agan yang tidak berminat dengan konten ini silahkan di minati. wkwkwkw

Monday, February 1, 2016

DILEMA CINTA SIMALAKAMA II



PART II, KENANGAN 
Masih terkenang kejadian-kejadian masalalu ketika masih SMA. Di kelas tiga SMA aku kembali di selamatkan Reno dan kejadiaaan itu tidak jauh berbeda dengan kejadian kami saat SD. Aku ada PR Fisika yang tidak aku mengerti karena ketika pelajaran berlangsung aku sedang mengikuti latihan Drum Band. Aku kebingungan menatap buku di meja belajar. Rumus-rumus di buku panduan dan buku catatan seperti menari-nari dan tarian itu sangat tidak ku mengerti. Kalau tidak di kerjakan udah pasti kena marah, pak Lubis, guru fisika yang paling killer yang pernah ada di jagat raya. Aku keluar dari kamar dan membawa buku catatannya dan buku panduan, ku lihat Reno lagi nonton.
“ Dek, bisa bantuin kakak gak?” aku duduk di sofa menghadap ke Reno.
“ gak bisa, lagi sibuk!” jawab Reno sambil tetap nonton acara TV.
“ye... ayo dong dek..bantuin kakak.” Aku pukul dia dengan bantal sofa. Dan akhirnya reno bereaksi.
“ Eh ni orang, minta tolong tapi mukul-mukul, pemaksaan ini namanya.” Hardik reno sambil cengar-cengir dengan nada mengejek.
“ aaaaa, ayo dong adek kakak yang pinter dan cakep. Bantuin kakak bikin PR. Kakak gak ngerti. Ntar kakak beliin kamu nasi goreng deh.” Aku bujuk dengan makanan kesukaannya.
“emang kakak punya duit?” ejek reno
“ minta sama papa. Hehe”
“ enak aku minta langsung aja sama papa, beres.” Takus reno di iringi tawanya
“ aaaa, ayo dong dek, bantuin.” Rengekku
“ eh kak, dimana-mana yang minta bantuin tu adek ke kakak, anak kelas 1 minta bantu bikin PR sama yang kelas 3. Bukan kebalik.” Ejek reno sambil memutar badan dan mengambil buku dari tangnku, tanda persetujuaanya.
“ cantik-cantik oon”. Balas Reno.
“biarin. Weee”. Aku cibirkan lidah kearah dia. Satu sisi dia mengejek, tapi dia juga bilang cantik, aku merasa tersanjung di puji.
“yaudah, mana PR nya?”
Aku pun membuka PR fisikanya, materi nya tentang penghitungan energi hukum Newton. Soalnya hanya ada tiga. Tapi satu soal aja jawabannya bisa 2 lembar buku. Mikirin aja aku udah pusing. Aku lihat reno sudah mulai menuliskan sesuatu di coret-coretannya.
“ini rumus nya mana?” tanya reno
“ gak tau. Hehe, di catatan ini kali.” Aku serahkan buku catatanku ke dia. Reno langsung membolak-balikkan halaman per halaman. Kadang matanya ke buku panduan, kadang ke buku PR kadang ke ke buku catatan. Sebentar-sebantar dia mencoret-coretkan sesuatu yang aku tidak mengerti di coretan. Coretannya panjang sekali. Udah lebih 3 kertas buram.
“ini kakak harus cari berapa nilai gaya nya dulu?” celoteh Reno dengan mata tetap fokus ke coretan-coretannya tidak menoleh ke arahku. Aku iya-iyain aja. Karena sedikitpun aku tidak mengerti. Di tambah dengan mata yang semakin berat. Suara-suara Reno kadang jelas kadang samar di telingaku penglihatan ku juga mulai redup. Aku menopangkan lengan ke sandaran sofa untuk mengganjal kepala ku yang diserang kantuk berat. Ini lah selalu yang ku alami, setiapa mau belajar. Kantuk nya menjadi-jadi. Mata ini tidak bisa di ajak kompromi. Terdengar sesekali suara reno, namun makin lama suara itu main jauh dan sayup. Aku tidak bisa lagi mendengarnya dengan jelas. Ah, menjam sebentar doang gak masalah, tar kalau selesai bisa aku pelajari sendiri. Batin ku menggumam.
...
“Siska!! Coba kerjakan PR kamu di papan tulis.” Perintah pak Lubis
Aku kaget setengah mati, padahal aku sudah berusaha menghindar dari pandangan beliau agar tidak maju kedepan. Tapi apa mau di kata, semua sudah terjadi. Namaku sudah di ucapkannya dan tidak bakal bisa di tarik lagi. Pasrah kulangkahkan kakiku ke depan. Entah apa yang harus ku lakukan. Biarlah tuhan yang membimbing tanganku. Ku ambil spidol dan kuarahkan ke papan tulis kelas.
Tanganku mulai menggoreskan tinta spidol ke papan tulis kelas bahkan sebelum diperintah oleh otakku. Dengan lancar tangan ini menuliskan angka-angka yang bahkan tidak ku mengerti. Ajaib Sekali. Tanganku benar-benar di bimbing Tuhan. Hanya dalam hitungan menit ketiga soal itu aku selesaikan. Kaki ini juga bergerak sendiri. Aku berbalik ke hadapan teman-teman yang masih terperangah. Mulutku juga melakukan tindakan sendiri. Lidah ku mengeluarkan kata-kata ilmiah dengan sangat lancar. Menjelaskan jabaran Rumus yang baru kutuliskan ke papan Tulis. Teman-teman terperangah dengan perubahannku, aku yang biasanya tidak bisa apa-apa sekarang menjadi begitu lancar. Ekspresi kaget juga ada di wajah pak lubis. Ekspresi kaget bercampur rasa hormat. Dia mengakui kehebatan baru ku ini. Spontan seluruh isi kelas bertepuk tangan. Dengungan-dengungan kagum ku dengar di seluruh penjuru kelas. Bahkan Spidol, papan Tulis, Buku, Meja dan kUrsi seolah juga mengutarakan kekagumannya kepadaku. Aku menjadi senang sekali. Perasaan bahagia dan bangga ini baru ini kurasakan.
Tok...tok...tok...
“Siska...!!!” mamaku muncul di depan pintu kelas. Suaranya melengking. Kenapa mama kesekolah ini mendadak.
“SISKA.!!!!! Bangun... udah pagi” makin lama suara mama makin jelas, dan teman-teman kelasku makin menjauh. Semakin mengecil di iringi oleh suara mama yang terus memanggil. Kelas menjadi gelap. Kemudian muncul pancaran cahaya yang menyilaukan mata dan aku dapati tubuhku masih berbaring di tempat tidur berwarna Pink. Di kamarku. Terjaga dari mimpi indah yang mungkin tidak pernah aku alami di dunia nyata.
“iya udah bangun” sahutku malas dari dalam kamar.
ASTAGA.. aku terhenyak, bagaimana dengan PR fisika ku. Aku ketiduran malam tadi. Dan bagaimana aku bisa pindah ke kamar. Siapa yang memindahkan ku ke kamar? Apa aku pindah sendiri? Baju ku juga sudah berganti. Malam tadi aku masih mengenakan baju kaos oblong dan celana jeans. Aku belum ganti baju dari sore. Sekarang aku sudah mengenakan daster tidur. Dan TANPA BH!!! Aku coba memutar kembali ingatan ku. Mengingat apakah aku sempat mengganti baju sebelum tidur. Aku bangkit cepat aku lihat bajuku malam tadi sudah tergantung di gantungan baju belakang pintu. BH ku juga ada di sana. Kejanggalan, Aku tidak pernah menggantung BH, aku hanya sekali sehari mengenakan BH. Sudah pakai aku langsung menaruhnya di keranjang pakaian kotor. Kenapa sekarang tergantung. Aku ingat-ingat lagi kejadian terakhir aku tertidur, aku tidur di sofa ruang tengah. Dan yang ada hanya Reno. Apakah reno yang memindahkan ku ke kamar. Kenapa aku tidak sadar ketika dia membopongku ke kamar.dan dia yang menggantikan bajuku. Berarti dia juga yang melepas BH ku. Dia sudah melihat tubuhku tanpa busana. Apakah dia melakukan sesuatu terhadap tubuhku ketika aku tidur. Spontan aku bangkit dan menghadap ke cermin. Ku lepaskan dasterku dan mengamati setiap jengkal tubuhku. Mungkin ada bekas merah yang di tinggalkan. Tapi kulitku mulus-mulus saja. Tidak ada bekas seperti bekas remasan di seputar payudara ku. Ku lihat pantat juga biasa saja. Vagina ku juga kering, tidak ada lendir atau rasa perih jika sesuatu masuk secara paksa. Aku masuk ke kamar mandi kamar, dan ku putuskan untuk ku tanyakan sendiri kepada Reno nanti.
Tidak lama aku keluar kamar dan sudah lengkap dengan seragam sekolah. Buku PR fisika ku masih tergeletak di atas meja. Lengkap dengan buku panduan dan catatan harian. Ku buka, dan ketiga soal itu udah ada jawabannya. Tulisan tangan ini ku kenal, bukan tulisan tanganku, melainkan tulisan tangan Reno. Kumasukkan saja kedalam tas dan Aku turun ke bawah, kulihat papa dan Reno sedang sarapan. Kutunda saja sejuta pertanyaan yang ada di kepala. Tidak enak jika di dengar papa.
“Buku PR kakak di atas meja sofa atas.” Ujar Reno ketika melihat ku turun dari tangga. Dia masih asyik menyantap sarapannya.
“Iya udah kakak ambil”. Jawabku sekenanya dan duduk di meja makan. Aku lihat papa yang dari tadi asik ngopi dan membaca koran pagi jadi memperhatikannku. Sudut matanya menyiratkan suatu kecurigaan.
“Kau minta buatin PR sama adik mu lagi Siska?” tanya papa. Nada suaranya tinggi, seperti menanyakan terdakwa di persidangan.
“uhuk... tidak pa, aku yang meminjam buku PR kakak, ada yang mau aku pelajari tentang hukum newton, dan kakak bilang kalau mereka juga sedang belajar materi itu. Jadi aku pinjam buku catatan, buku panduan dan PR nya sekalian.” Sahut Reno cepat untuk membela ku. Aku sudah gelagapan awalnya tidak tahu mau menajawab apa.
“loh kok kamu belajar pelajaran kelas tiga, emang pelajarannya sama?” selidik papa.
“ Aku di tugaskan oleh guru fisika kami untuk ikut Olimpiade sains kategori Fisika Astronomi. Dan materinya dari kelas satu sampai kelas tiga. Makanya pinjam buku kakak.” Jelas Reno. Reno tidak sepenuhnya berbohong. Dia memang ikut olimpiade Fisika. Tapi kali ini dia tidak pinjam untuk dirinya semata. Tapi untuk bantu PR ku juga. Aku diam saja biar tidak terjadi ke timpangan informasi. Toh, ini juga demi kebaikan bersama pikirku.
“ Ya Udah, kamu juga jangan terlalu menggantungkan diri sama adik kamu siska. Masa gak malu sebagai kakak di bantu adik terus. Bukan nya kakak yang membantu adik.” Serang papa. Kebiasaan nya berpidato sepertinya akan di mulai.
“iya pa.” Jawabku singkat.
“ cepat sudahi sarapan kamu, kita mau berangkat. Papa ada sidang hari ini.”
“ Kalau papa mau berangkat duluan gak papa. Aku bareng reno aja naik Motor”. Ujarku cepat. Toh memang ada yang ingin aku tanyakan ke Reno. Jadi nanti di motor bisa leluasa ku tanyakan.
“ ya udah, papa berangkat duluan.” “MA, Udah Belum?” teriak papa.
“udah. Bentar lagi mama keluar”
Reno bangkit dan cium tangan papa dan mama. Aku juga demikian. Tak lama kami juga udah berboncengan ke sekolah.
Jalanan pagi ini seperti biasa, macet. Reno terkadang nyelip-nyelip di antara kendaraan-kendaraan yang lain. Entah kenapa hari ini aku merasa tidak nyaman mau memeluk Reno. Tidak seperti biasanya. Aku merasa jangal jika aku memelukknya dan kedua bukit kembar ku menempel di punggungnya. Pikiran pun terasa tidak menentu, aku bingung bagai mana mau memulai pertanyaan untuk kejadian malam tadi. Aku masih diam saja di belakang Reno. Dan kami sudah berhentin di Lampu Merah pertama. Aku putuskan untuk bertanya
“ Kakak kok bisa tidur di kamar ya malam tadi. Perasaan kakak ketiduran di Sofa ruangan atas deh?” aku mulai pembicaraan sambil melirik ekspresi wajah reno dari Spion motor.
“ aku yang pindahin kakak ke dalam. Kasian aja tidur di luar. Tar kakak ku yang cantik ini di gigit nyamuk.” Canda reno sambil memutar kepalanya ke belakang dan tersenyum.
Benar dugaanku, artinya Reno yang memindahkan ku ke dalam kamar. Tapi masih banyak yang perlu aku pertanyakan.
“ kakak jalan sendiri ya?” tanya ku lagi.
“ hahaha.. kakak tidur kaya kerbau gitu, bagaimana caranya bisa jalan ke kamar”.
Ledekan Reno seperti ini memang sering ku terima, dan ungkapannya macam-macam. Mulai dari tidur kerbau, ini karena kalau aku sudah tidur aku susah untuk di bangunkan. Ada juga CCO. Cantik-cantik Oon. Ya, memang ku akui otak ku tidak secemerlang Reno. Ada barbie pengentut, dan macam-macam julukan-julukan aneh yang di anugrahkan si sempurna Reno. Kepada si Manusia paling tidak sempurna. Aku.
Aku kejar kembali kepertanyaan yang masih terngiang di kepalaku.
“trus gimana caranya kakak bisa pindah kekemar?” kejarku sambil mengencangkan pelukan ke pinggangnya. Kepala ku majukan kedepan. Berusaha melihat wajahnya secara langsung. Jika orang lain melihat, kami terlihat seperti sepasang Remaja yang sedang pacaran di atas Motor. Hehe
“ya aku gendong lah. Kaya film India.” Balas reno singkat. Matanya Fokus ke Trafic light.
“ Kamu juga yang gantiin baju kakak?” aku makin penasaran,
“Iya” jawab reno
dada ku bergemuruh. Perasaan aneh ku rasakan mengetahui kenyataan bahwa tubuhku telah di lihat oleh adik kandungku. Dalam kondisi tidur. Tubuhku yang belum di jamah oleh siapa pun sekarang telah di lihat oleh adik kandungku sendiri dan tubuh ini dalam kondisi hampir telanjang Bulat. Ada perasaan marah, kesal dan rasa ingin tahu. Apa yang dia rasakan ketika melihat tubuhku ini.
“ Kamu juga yang bukain BH kakak?” kejarku
“ Iya?”
Aku terdiam. Reno mengatakan itu tanpa ekspresi.
“gak usah takut deh, gak aku foto kok?” ledek Reno. “gak mungkin juga aku mau buat kakak aku .yang cantik ini jadi bintang Bugil Medsos. Haha”
Reno masih bisa bercanda di saat perasaan ku begitu berkecamuk. Dadaku bergemuruh, jantungku berdetak cepat. Perasaan ini aneh sekali. Mau di bilang ini marah, tidak juga, kesal, tidak juga, sedih, tidak terlalu. 
BERSAMBUNG 
(demi keberlangsungan blog ini, kami mengharapkan kesediaan  pembaca untuk meng-klik iklan-iklan yang ada di blog ini sebagai donasi kepada para penulis. terima kasih)

1 comment:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete