Reno masih bisa bercanda di saat perasaan ku
begitu berkecamuk. Dadaku bergemuruh, jantungku berdetak cepat. Perasaan ini
aneh sekali. Mau di bilang ini marah, tidak juga, kesal, tidak juga, sedih,
tidak terlalu. Yang aku rasakan malahan penasaran, apa yang di rasakan oleh
Reno ketika melihat tubuhku dalam keadaan polos. Tapi aku malu mau
menanyakannya, tapi hati ini sangat ingin tahu apa yang di rasakannya.
“ Tapi kok kamu sampai membuka BH kakak?”
Pancingku lagi, tidur tanpa BH memang kebiasaan ku, Tapi apakah Reno tahu kalau
aku setiap tidur tidak mengenakan BH lagi.
“ Kemaren aku baca di berita Online, kalau cewek
tidur tetap mengenakan BH bisa memicu sesak Nafas dan juga memicu kanker
Payudara, selain membuat bentuk nya jadi gak bagus lagi.” Jelas Reno
“ Cuma Itu?” Kejar Ku lagi sambil mengeratkan
pelukanku di pinggangnya, menyiratkan aku bbutuh penegasan lebih.
“ Iya Cuma itu, emang apa lagi?” Reno malah balik
bertanya.
“ kamu tidak macam-macam kan sama badan kakak?”
aku pelankan suara, takut orang-orang di yang berkendara di sekitar kami
mendengar perbincangan kami. Sungguh tidak etis jika di ketahui oleh mereka.
Seorang gadis badannya di jamah oleh pemuda yang orang itu adalah adik
kandungnya sendiri.
“ ya nggak lah kakak sayang, emang aku apain? Aku
lukis-lukis gitu? Hahaha”
Aku cubit perutnya, pertanyaan serius ku di
timpalinya dengan candaan. Tapi yang lebih aneh, ada perasaan kecewa yang aku
rasakan. Aku kecewa karena adikku malahan tidak melakukan sesuatu terhadap
tubuhku. Tepatnya aku kecewa karena dia seolah tidak mengagumi tubuh yang aku
rawat dengan susah payah. Membatasi makanan, olahraga ringan agar selalu tampil
langsing dan cantik. Timbul juga rasa penasaran dalam hatiku, benarkah dia
tidak melakukan sesuatu, dia seorang remaja yang di usianya pasti lagi tertarik
dengan tubuh wanita. Tidak mungkin dia tidak merasakan perasaan yang aneh
ketika membuka bajuku. Oh, pikiran-pikiran ini membuat kewanitaanku jadi geli,
pelumas alami menyeruak keluar dari celah sempit itu. Aku jadi terangsang
sendiri. Aku terangsang karena memikirkan adik kandungku menikmati tubuh ku
ini. Secara reflek aku silangkan paha kiriku ke atas paha kananku, kondisi ini
membuat kewanitaan ku terjepit. Ada rasa nyaman yang di timbulkan. Tangan
kananku yang awalnya memeluk perutnya berpindang bertopang ke paha kananya,
malah lebih kepada mencengkeram. Sedikit aku rasakan gerakan tubuhnya. Tapi dia
berusaha meminimalisir gerakan tersebut, barusaha tenang.
“ waktu aku gendong kakak ke kamar malam tadi, aku
merasa kalau BH kakak keras banget, kayak tempurung kelapa. Jadi aku pikir
kasian kalau di biarkan. Aku udah berapa kali coba bangunin kakak suruh ganti
baju dulu. Kakak Cuma bilang ah..eh aja. Aku juga bilang aku gantiin ya? Kakak diam aja. Ya aku pikir boleh. Aku buka deh.”
Reno memulai obrolan kembali, dan menyadarkan ku dari lamunan.
“ aku kirain kakak beneran pakai tempurung kelapa,
keras banget. Hehe” sambung reno lagi
“ Emangnya kakak suku pedalaman apa pakai
tempurung kelapa segala.”
Reno tertawa terbahak-bahak. Lampu lalu lintas
sudah hijau. Kami melanjutkan perjalanan kami ke sekolah.
“ eh kak, emang gak sakit ya pakai BH sekeras
itu?” Tanya Reno, pertanyaanya membuat ku makin yakin kalau Reno juga penasaran
dengan tubuh wanita.
“ aku juga sempat mikir, kalau emang keras gitu,
seharusnya sekarang juga kerasa keras kalau kakak nempel ke punggungku gitu.
Seharusnya rasanya kayak batu, bukan kayak balon. Atau jangan-jangan nenen
kakak bisa berubah-rubah ya. Kadang bisa kayak batu, kadang bisa kayak balon”
Sambung Reno lagi.
Ni anak kan
otak nya encer, masa sih yang begini tidak tahu. Sekarang kan tentang ini bukan
hal tabu lagi. Informasi nya udah beredar dan bisa di akses dimana saja. Aku
jadi curiga
“ kamu beneran gak tahu apa pura-pura gak tahu?”
pancingku, sambil mengerlingkan mata ke spion motor. Berusaha menatap matanya.
“ aku kan gak punya nenen, gimana bisa tahu?”
sungut Reno balik
“ jangan-jangan kamu pegang-pegang dada kakak
malam tadi ya? Ayo ngaku?” kejarku lagi, aku masih risih untuk menggunakan kata
‘nenen’ ke adik ku sendiri. Meskipun Reno dengan gamblang mengatakannya.
“ pengen sih pegang, tapi takut kakak bangun.
Hahaha”
Jawaban Reno membuat jantung ku berdetak cepat,
ternyata benar ada ketertarikan di dirinya dengan tubuhku, ada rasa bangga yang
ku rasakan, tapi ini kebanggaan yang aneh. Dia bukan laki-laki yang tepat dan
boleh untuk merasakan itu.
“ih, kurang ajar kamu ya. mana boleh pegang-pegang
dada anak gadis. Apa lagi dada kakak sendiri. Di marah suami kakak kamu nanti.”
Kucibut perutnya dengan kuat.
“ aduh... sakit tahu kak. nanti kita jatuh loh
dari motor.” Tangan kiri reno berusaha melepaskan cubitan ku di perutnya.
Tidak lama kami sudah sampai ke gerbang sekolah,
setelah memarkirkan motor, kami berpisah dan menuju kelas masing-masing. Reno
langsung bergabung dengan teman-temannya yang juga baru tiba, aku juga
demikian.
“pagi kak siska” sapa beberapa teman Reno, sapaan
dengan nada menggoda. Tersirat mereka mengagumi kecantikanku. Bangga rasanya.
(demi
keberlangsungan blog ini, kami mengharapkan kesediaan pembaca untuk
meng-klik iklan-iklan yang ada di blog ini sebagai donasi kepada para
penulis. terima kasih)
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete