Tanpa sadar aku mendesah perlahan. Jempol tangan
kanan reno nyaris menyentuh puting payudara kiriku. Tangan kirinya makin
menekan kedalam, menekan pinggangku semakin menempel dengannya. Ganjalan
penisnya yang menegang makin terasa jelas menggesek-gesek naik turun.
Ini tidak
bisa di biarkan
Suara yang muncul dari dalam batinku membuat
tanganku menarik tangan reno lepas dari kegiatannya yang terus berusaha
menembus semakin tinggi. Aku tarik tangannya dan ku turunkan. Tidak ada rasa
perlawanan dari reno. tangan kanannya kembali memeluk perutku. Tangan kirinya
masih berada di bawah.
“ Rambut kakak wangi ya?” ucap reno pelan dan
sangat dekat dengan telinga kananku. Hembusan nafasnya terasa hangat menerpa
leher. Bulu-bulu halus yang ada di leher terasa berdiri. Geli sekali.
Cup..
Aku merasakan ada benda hangat dan lembab yang
menempel antara bahu kanan dan leherku. Reno mengecupkan bibirnya ke leherku.
Oh,,, aku merasa makin lunglai. Aku makin terangsang dengan perbuatannya. Tanpa
sadar aku menggerakkan kepala mencondong ke kiri dan membuka ruang makin luas
bagi reno untuk menyerang. Tapi aku tidak berusaha menghentikan serangannya.
Tindakan ini sepertinya di tangkap reno sebagai
angin sejuk. Dia menjulurkan lidahnya dan menjilati leherku dari pundak hingga
kebelakang leher. Uugghhhhh. Aku
kembali mendesah. Dan desahan kali ini makin kuat.
“ Adeekkkkk, jangan gitu ah, kakak geli” Ujarku
pelan. Tanpa sadar tangan kananku bergerak dan meremas tangan kanannya yang
sedari tadi memeluk perutku.
Perlahan tangan kanan reno kembali naik,
pergerakannya cepat, jauh lebih cepat dari tadi. Hanya dalam hitungan detik
jempolnya sudah kembali menelusup kedalam BH ku. Hampir mengena putingku
meskipun masih di batasi oleh baju.
Ughhh....
Aku kembali mendesah, jempol reno sudah menyentuh
putingku. Putingku mengeras dengan sangat cepat. Ada gelombang aneh yang
kurasakan dari putingku menyebar hingga keseluruh tubuhku. Gelombang ini
membuatku makin tidak kuat untuk berdiri. Sekarang aku makin menyandarkan
tubuhku ke tubuh reno. jempol tangan kanan reno berputar-puar di sekitar aerola
payudara kananku, dan dalam ritme tertentu menyentuh putingnya. Tidak ada lagi
kepura-puraan atau seolah-olah ketidak sengajaan yang dilakukan oleh reno.
gerakannya sudah semakin jelas. Gerakan pinggulnya mengesek kepantatku pun
makin terasa dan makin lama makin cepat.
Telunjuk tangan kanannya sekarang menelusup
kedalam, melalui celah diantara dua kancing seragam sekolah yang ku kenakan. Aku
mengenakan tanktop di dalam, jadi jari telinjuk nya masih tidak bersentuhan
langsung ke kulit payudara ku. Dan dalam waktu singkat jari telunjuknya sudah
menyentuh puting kiri. Jempol kanan memainkan pting kanan, telunjukknya
memainkan puting kiri. Tangan kiri reno makin turun kebawah, dan sekarang tepat
mengelus vaginaku dari luar.
Aaghhh.....
Aku kembali mendesah perlahan, tidak ada lagi
obrlan yang keluar dari mulut kami, kami sudah sibuk berenang dalam birahi
masing-masing. Birahi yang sangat tidak etis. Hujan mulai reda dan hanya berupa
rintik-rintik hujan, tapi masing-masing dari kami masih bersikap seolah-olah
tidak mau tahu dan tidak mau mengakhiri kegiatan erotis yang sedang
berlangsung.
Reno sekarang sudah tidak malu-malu lagi
menggesekan penisnya ke pantatku, dan bahkan sedikit mendorong. Beberapa kali
aku harus melangkah pijakan kedepan untuk bertahan dari dorongannya. Sampai
tangan kananku sekarang harus memegang kusen pintu ponok untuk bertahan. Tangan
kiri reno yang awalnya hanya mengelus pelan vaginaku dari luar rok dengan satu
jari, sekrang sudah mengelus ke kiri dan kekanan dengan keempat jarinya. Kata
mengusap mungkin lebih tepat. Sensasi ini makin membuat ku melayang. Ingin rasanya
kau mendesah sekuatnya.
HEI.. NGAPAIN KALIAN !!!
Kami berdua kaget dan langsung melepaskan diri.
Tangan reno juga langsung melepaskan pelukannya. Selang 5 meter di depan kami
ada mamang pedagang siomai lewat dari arah belakang pondok. Berjalan kearah depan
jalan. Dia menoleh kepada kami dengan tatapan garang.
“ kami berteduh kehujanan pak” jawab Reno. nada
suaranya tenang, tidak ada nada kecemasan dalam suaranya. Sedangkan aku sudah
gemetar ketakutan. Suaraku serasa tertahan di tenggorokan.
“ alah, dasar kalian mau pacaran aja di pondok
sana. Ni hujan udah berenti, pulang sono. Ganti seragamnya. Pamit sama orang
tua dulu kalau mau pergi pacaran.” Lanjut mamang siomai
Reno mengambil serangamnya yang tadi tergantung di
pintu pondok. Mengibas-mingabskan sebentar dan mengenakan nya kembali.
“ ayo pulang” ajak reno, wajahnya dingin, dia
mengatakan itu tanpa menoleh kearahku, dan langsung aja berjalan kearah motor
yang terparkir di pinggir jalan. Aku pun mengikutinya. Mamang siomai juga mulai
kembali bergerak. Tidak lama reno menyalakan motornya dan aku sudah berada di
boncengan. Mamang siomai sudah mendekati kami lagi.
“ kalian kalau tidak ketahuan saya pasti mau
berbuat mesum di pondok tadi kan?” tanya mamang siomai sambil berusaha
mendorong gerobaknya melewati pembatas trotoar jalan.
Aku menoleh kebelakang, suaraku kembali.
“ dia adik saya mang, bukan pacar” jawabku sambil
senyum kuda.
Reno mengegas motornya, dan meninggalkan mamang
siomai yang mentap kami dengan mulut terganga...
cerita yg bagus min, kapan nih diterusinnya gak sabar nunggu lanjutannya..............
ReplyDelete