ini blog yang berisikan kisah-kisah seks sedarah. bagi agan-agan yang tidak berminat dengan konten ini silahkan di minati. wkwkwkw

Monday, April 18, 2016

DILEMA CINTA SIMALAKAMA VIII



Tanpa sadar aku mendesah perlahan. Jempol tangan kanan reno nyaris menyentuh puting payudara kiriku. Tangan kirinya makin menekan kedalam, menekan pinggangku semakin menempel dengannya. Ganjalan penisnya yang menegang makin terasa jelas menggesek-gesek naik turun.
Ini tidak bisa di biarkan
Suara yang muncul dari dalam batinku membuat tanganku menarik tangan reno lepas dari kegiatannya yang terus berusaha menembus semakin tinggi. Aku tarik tangannya dan ku turunkan. Tidak ada rasa perlawanan dari reno. tangan kanannya kembali memeluk perutku. Tangan kirinya masih berada di bawah.
“ Rambut kakak wangi ya?” ucap reno pelan dan sangat dekat dengan telinga kananku. Hembusan nafasnya terasa hangat menerpa leher. Bulu-bulu halus yang ada di leher terasa berdiri. Geli sekali.
Cup..
Aku merasakan ada benda hangat dan lembab yang menempel antara bahu kanan dan leherku. Reno mengecupkan bibirnya ke leherku. Oh,,, aku merasa makin lunglai. Aku makin terangsang dengan perbuatannya. Tanpa sadar aku menggerakkan kepala mencondong ke kiri dan membuka ruang makin luas bagi reno untuk menyerang. Tapi aku tidak berusaha menghentikan serangannya.
Tindakan ini sepertinya di tangkap reno sebagai angin sejuk. Dia menjulurkan lidahnya dan menjilati leherku dari pundak hingga kebelakang leher. Uugghhhhh. Aku kembali mendesah. Dan desahan kali ini makin kuat.
“ Adeekkkkk, jangan gitu ah, kakak geli” Ujarku pelan. Tanpa sadar tangan kananku bergerak dan meremas tangan kanannya yang sedari tadi memeluk perutku.
Perlahan tangan kanan reno kembali naik, pergerakannya cepat, jauh lebih cepat dari tadi. Hanya dalam hitungan detik jempolnya sudah kembali menelusup kedalam BH ku. Hampir mengena putingku meskipun masih di batasi oleh baju.
Ughhh....
Aku kembali mendesah, jempol reno sudah menyentuh putingku. Putingku mengeras dengan sangat cepat. Ada gelombang aneh yang kurasakan dari putingku menyebar hingga keseluruh tubuhku. Gelombang ini membuatku makin tidak kuat untuk berdiri. Sekarang aku makin menyandarkan tubuhku ke tubuh reno. jempol tangan kanan reno berputar-puar di sekitar aerola payudara kananku, dan dalam ritme tertentu menyentuh putingnya. Tidak ada lagi kepura-puraan atau seolah-olah ketidak sengajaan yang dilakukan oleh reno. gerakannya sudah semakin jelas. Gerakan pinggulnya mengesek kepantatku pun makin terasa dan makin lama makin cepat.
Telunjuk tangan kanannya sekarang menelusup kedalam, melalui celah diantara dua kancing seragam sekolah yang ku kenakan. Aku mengenakan tanktop di dalam, jadi jari telinjuk nya masih tidak bersentuhan langsung ke kulit payudara ku. Dan dalam waktu singkat jari telunjuknya sudah menyentuh puting kiri. Jempol kanan memainkan pting kanan, telunjukknya memainkan puting kiri. Tangan kiri reno makin turun kebawah, dan sekarang tepat mengelus vaginaku dari luar.
Aaghhh.....
Aku kembali mendesah perlahan, tidak ada lagi obrlan yang keluar dari mulut kami, kami sudah sibuk berenang dalam birahi masing-masing. Birahi yang sangat tidak etis. Hujan mulai reda dan hanya berupa rintik-rintik hujan, tapi masing-masing dari kami masih bersikap seolah-olah tidak mau tahu dan tidak mau mengakhiri kegiatan erotis yang sedang berlangsung.
Reno sekarang sudah tidak malu-malu lagi menggesekan penisnya ke pantatku, dan bahkan sedikit mendorong. Beberapa kali aku harus melangkah pijakan kedepan untuk bertahan dari dorongannya. Sampai tangan kananku sekarang harus memegang kusen pintu ponok untuk bertahan. Tangan kiri reno yang awalnya hanya mengelus pelan vaginaku dari luar rok dengan satu jari, sekrang sudah mengelus ke kiri dan kekanan dengan keempat jarinya. Kata mengusap mungkin lebih tepat. Sensasi ini makin membuat ku melayang. Ingin rasanya kau mendesah sekuatnya.
HEI.. NGAPAIN KALIAN !!!
Kami berdua kaget dan langsung melepaskan diri. Tangan reno juga langsung melepaskan pelukannya. Selang 5 meter di depan kami ada mamang pedagang siomai lewat dari arah belakang pondok. Berjalan kearah depan jalan. Dia menoleh kepada kami dengan tatapan garang.
“ kami berteduh kehujanan pak” jawab Reno. nada suaranya tenang, tidak ada nada kecemasan dalam suaranya. Sedangkan aku sudah gemetar ketakutan. Suaraku serasa tertahan di tenggorokan.
“ alah, dasar kalian mau pacaran aja di pondok sana. Ni hujan udah berenti, pulang sono. Ganti seragamnya. Pamit sama orang tua dulu kalau mau pergi pacaran.” Lanjut mamang siomai
Reno mengambil serangamnya yang tadi tergantung di pintu pondok. Mengibas-mingabskan sebentar dan mengenakan nya kembali.
“ ayo pulang” ajak reno, wajahnya dingin, dia mengatakan itu tanpa menoleh kearahku, dan langsung aja berjalan kearah motor yang terparkir di pinggir jalan. Aku pun mengikutinya. Mamang siomai juga mulai kembali bergerak. Tidak lama reno menyalakan motornya dan aku sudah berada di boncengan. Mamang siomai sudah mendekati kami lagi.
“ kalian kalau tidak ketahuan saya pasti mau berbuat mesum di pondok tadi kan?” tanya mamang siomai sambil berusaha mendorong gerobaknya melewati pembatas trotoar jalan.
Aku menoleh kebelakang, suaraku kembali.
“ dia adik saya mang, bukan pacar” jawabku sambil senyum kuda.
Reno mengegas motornya, dan meninggalkan mamang siomai yang mentap kami dengan mulut terganga...

1 comment:

  1. cerita yg bagus min, kapan nih diterusinnya gak sabar nunggu lanjutannya..............

    ReplyDelete