ini blog yang berisikan kisah-kisah seks sedarah. bagi agan-agan yang tidak berminat dengan konten ini silahkan di minati. wkwkwkw

Friday, February 19, 2016

DILEMA CINTA SIMALAKAMA VII



DUARRRRRRR
Suara petir besar sangat memekakkan telinga. Spontan aku langsung memeluk tubuh Reno. aku paling takut dengan petir. Aku benamkan kepala ku ke dada Reno, aku mampu mendengar detak jantungnya. Hangat kurasakan ketika pipiku menempel ke dadanya. Aku makin mengeratkan pelukanku ketika petir susulan berbunyi. Reno juga memelukku sekarang. Pelukannya hangat dan erat. Aku benar-benar merasa terlindungi. Kehangatan tubuh reno serasa mengalir ke seluruh tubuhku dan entah mengapa kewaitaanku terasa basah. Ada yang mengalir dari dalam tanpa diperintah. Aku merasakan pipiku memerah. Dan aku juga baru menyadari kalau ada sesuatu yang makin lama makin mengeras terasa dan benda itu menempel sedikit diatas kewaniataanku. Makin lama makin terasa, posisinya menekuk kebawah. Aku tertawa dalam hati, penis reno bangun di pelukanku. Dan karena tinggi kami tidak begitu beda. Aku 160 dan reno paling hanya beberapa centi di atasku. Posisiny penisnya bersentuhan dengan kewanitaanku. Aku melihat kebawah, tapi tidak jelas karena posisiku yang masih menempel erat ke reno. aku tidak berani bergerak, karena takut reno sadar kalau aku merasakan penisnya yang maikn menegang dan dia menjadi malu. Aku juga penasaran sampai mana jauhnya Penis reno bisa membesar. Terasa juga di punggungku kalau tangan reno mulai mengelus-elus punggungku, tangan kirinya memeluk pinggangku dan tangan kanannya mengelus-elus naik turun. Dari bawah leher sampai pinggang. Kemudian naik lagi. Penisnya kurasakan bernenyut-denyut. Tapi denyutannya aneh, tidak seperti denyut jantung. Denyutan nya berubah-ubah, seperti denyutan yang di sengaja. Aku jadi berfikir kalau reno sengaja menggerakkan atau lebih tepatnya mengontrol denyutan kemaluannya yang makin lama makin keras.
Aku melepaskan pelukanku ke reno, reno juga melepaskan pelukannya. Aku sempatkan melirik kebawah, terlihat sedikit tonjolan di celana reno, meski tidak terlalu jelas. Celana reno yang basah membuat warna celananya makin gelap di tambah suasanya yang juga tidak terang bahkan hampir gelap di dalam pondok. Aku berbalik dan membelakangi reno. sekarang posisi kami sedikit berenggang. Hujan masih turun dengan sangat deras. Aku usap-usap lenganku untuk mengatasi tusukan udara dingin yang muali menyerang.
“ kakak dingin ya?” tanya reno. tanpa komando kedua tangan reno mengusap-usap lenganku dari pangkal lengan hingga ke penggelangan tangan. Kiri dan kanan. Aku jadi berhenti mengusap-usap lenganku dan membiarkan reno yang mengambil alih. Kedua tanganku bersedekap diperut, tangan kiri di atas tangan kanan. Reno masih terus mengusap-usap kedua lenganku, posisi ini menarikku untuk kembali ke pelukan reno dengan posisi tetap membelakanginya. Aku kembali merasakan penis reno menempel padaku, sekarang pada pantat ku. Posisi ini membuat tubuhku dan tubuh reno berbagi kehangatan. Entah kenapa aku merasakan sebuah perasaan yang sangat nyaman bukan takut karena sedang dipeluk oleh remaja laki-laki yang sedang tidak mengenakan baju dan berada di tempat sepi. Di tambah dengan penis nya yang tegang. Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah Reno akan memperkosaku di pondok ini. Apakah adik kandungku akan melakukan sesuatu yang tabu terhadap tubuh kakak perempuannya.
Reno masih mengusap tanganku, satu tangannya menyibak rambutku dan memindahkannya kedepan. Leher bagian kanan belakangku lebih bebas dan terbuka. Aku bisa merasakan desir hangat hembusan nafas reno yang menerpa leherku. Geli, geli sekali. Dan perasaaan geli ini mengalir keseluruh tubuh dengan cepat. Ada sesuatu yang mengalir dari selangkanganku.
“ kalau hujannya gak berenti juga gimana nih dek?” aku berusaha membuka obrolan dan mengalih kan pikiranku dan meredam rasa geli di selangkangan.
“ Ya kita nginep di sini? Kan tu ada tempat tidurnya.” Reno masih bisa bercanda dengan jawabannya.
“ yeee, nggak mau lah. Tar kakak di gigit nyamuk tidur disini.”  Aku menolehkan wajah kesamping kanan, berusaha melihat matanya. Waja kami sangat dekat. Hanya berkisar dua centimeter. Hembusan nafasnya terasa menerpa wajahku.
“ kakak tenang aja, tar aku yang jaga. Jangankan nyamuk, macan sekalipun gak bakal berani gangguin kakak ku yang cantik ini?”
“ Ih gombal kamu”
Aku tidak bisa melanjutkan ucapanku, entah kenapa aku merasa tersanjung di gombali oleh adik sendiri, mungkin jika suasana terang, rona merah dipipi ku bakal terlihat dengan jelas. Aku memegang tangan reno yang sedang melingkar diperutku. Tangan kanan reno perlahan tidak hanya memeluk diam, tapi mulai mengusap-usap perutku. Dari kiri kekanan. Sesekali terasa dia memainkan jarinya di lubang pusarku. Aku jadi merinding dan merasa hilang kuasa untuk mencegahnya.
“ ini namanya udel...” Kata reno pelan. Intonasinya lucu. Seperti sedang mengajarkan hal itu kepada anak kecil.
Aku melihat kesamping, dan hanya tersenyum. Dan entah kenapa aku sendiri merasakan kalau senyumku terkesan genit.
Tangan Kanan reno makin naik keatas dan sudah berada tepat dibawah payudaraku. Aku bisa merasakan kalau jempolnya berusaha menggesek bagian bawah payudaraku yang tidak tertutup utuh oleh BH yang ku kenakan. Tangan kirinya mengusap makin kebawah dan hampir menyentuh area pubis. Aku tidak mencegahnya dan memulai obrolan lagi. Yang aku sendiri tidak begitu jelas dengan apa yang aku obrolkan. Aku hanya berusaha menunjukkan seolah-olah aku tidak merasakan apa yang sedang reno lakukan. Reno juga sesekali menimpali ucapan-ucapanku. Aku bercerita tentang sekolah, dia hanya menjawab he’eh atau oooo. Aku merasakan bahwa perlahan reno menggesekkan penisnya ke pantatku. Gerakannya perlahan. Bahkan hampir tidak kentara. Gerakan nya naik turun dan tepat di antara dua bongkahan pantatku. Aku jadi gelisah. Tapi tangan kiri reno masih menekan kuat tubuhku untuk terus menepel di badannya. Jempol tangan kanannya terasa berusaha menelusup kedalam BH ku. Makin lama makin tinggi dan hampir menyentuh putingku. Paling hanya satu senti dari putingku.
                Ughhhh........     

2 comments: