ini blog yang berisikan kisah-kisah seks sedarah. bagi agan-agan yang tidak berminat dengan konten ini silahkan di minati. wkwkwkw

Friday, February 19, 2016

DILEMA CINTA SIMALAKAMA VI



AWAL PERISTIWA TABU 

Ingatanku masih berpetualang di masa lalu. Masih seputar Reno. setelah aksi penyelamatan yang Reno lakukan di kelas ku, Reno menjadi Juara Olimpiade tingkat provinsi dan akan berangkat ke bali untuk mengikuti olimpiade tingkat nasional. Ketika upacara bendera hari senin,  nama reno di elu-elukan oleh kepsek dan di ikuti seluruh siswa. Reno di undang kedepan untuk menyampaikan pidatosingkat.
“ Terima kasih atas kesempatannya. Saya bisa menjadi juara Olimpiade sain ini bukan semata-mata karena saya hebat dan cerdas. Ada begitu banyak orang yang mendukung keberhasilan saya. Pak Lubis dan Bu Lira yang menjadi mentor saya dan mengajarkan trik-trik hebat yang sangat membantu, pak Kepala sekolah, guru kelas saya, teman-teman yang saling bahu membahu membantu saya untuk tetap bisa fokus pada perlombaan. Tak lupa saya sampaikan terima kasih kepada kedua orang tua saya, meskipun sekarang mereka gak bisa dengar. Hehe” canda gurau di antara pidatonya membuat suasana jadi pecah, tidak terlalu kaku. Meskipun demikian Semua mata masih tertuju kepada Reno. terik matahari yang mulai meninggi tanpaknya tidak tertlalu dipedulikan oleh segenap peserta Upacara hari itu.
“tak lupa saya sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk seseorang yang tanpa dia sadari dia sangat membantu saya hingga hari ini, membantu mempersiapkan fasilitas-fasilitas yang sering tidak saya sadari dan dukungan moril yang penuh sehingga saya bisa mengikuti perlombaan dengan santai dan tenang. Memang kesannya sepele, seperti, buatin susu, rautin pensil, beliin nasi goreng, menyetrikankan baju seragam, benerin dasi. Tapi,  Kalau baju saya kusut, saya jadi tidak PD ketika mengikuti perlombaan, toh mungkin hasil yang saya kerjakan tidak bakalan maksimal. Jadi terimakasih sekali lagi untuk kakak saya yang baik dan cantik jelita. Kakak yang sangat saya sayangi. Kak siska.” Reno menjulurkan tangannya dari atas podium dan menunjuk tepat ke arahku diiringi dengan suara tepuk tangan yang membahana. Sekarang semua mata berpindah menatapku. Aku jadi malu sendiri.
.....
Hari sudah menujukkan pukul 4 sore, hari ini aku pulang agak sore karena harus mengikuti Les persiapan Ujian nasional. Aku keluar kelas. Aku lihat Reno sedang duduk dengan beberapa temannya. 2 cowok dan 4 cewek. Seperti semut yang mengerumbungi Gula. Ada kesan kalau yang cewek terus mendesak reno dengan sesuatu yang aku tidak tahu. Bahasa tubuh reno yang sedikit mencondong kebelakang menjunjukkan dia ingin segera lari dari sana.
“ Reno !!!” Teriakku dari kelas
Reno melihat kearahku dan langsung bangkit, bercakap sebentar dengan temannya dan langsung berlari ke arahku. Reno sudah tidak mengenakan seragam sekolah lagi, dia mengenakan T-Shirt berwarna abu-abu dengan celana jeans biru pendek setengah tiang. Anak kelas satu memang sudah pulang dari jam 1 siang tadi.
“ kamu sengaja jemput kakak?” tanyaku ketika Reno sudah sampai di hadapanku.
“ kami hari ini ada pertemuan tapak suci, gak lama juga bubarnya. Jadi aku sekalian aja nungguin kakak.” Jawab reno
“ ih, adek kakak baik banget” ujarku sambil mencubit pipinya. Kemudian reno aku gandeng dan berjalan ke parkiran. Sorot mata kecemburuan terpancar dari mata beberapa siswi cewek yang melihat kami.
“ oh iya dek, bisa anterin kakak kerumah miska bentar gak? Kakak mau ambil buku panduan Matematika kakak. Kami ada PR besok dia sakit. Gak masuk.”
“ emang rumahnya dimana?”
“ Plaju.” Jawabku singkat sambil naik ke boncengan. Tak lama kami sudah meluncur kesana.
Sesampai disana aku hanya basa basi singkat dengan miska, menayakan kabarnya, sakit apa dan kapan bisa masuk sekolah lagi. Kemudian pamit karena hari mau hujan. Aku juga tidak nyaman melihat Miska yang sering curi pandang ke arah Reno. dan juga pakaian Miska yang agak terbuka, reno juga terlihat sedikit salah tingkah. Sesekali terlihat reno melihat ke arah dada miska ketika miska menyodorkan air minum. Buah dadanya terlihat dengan jelas. Aku pun menyegerakan pamit. Alasan takut kehujanan.
Perjalanan menuju rumah miska agak jauh dan melewati beberapa perkebunan. Rintik hujan mulai terasa menetes satu persatu. Awan hitam sudah berkumpul diatas kepala. Hanya dalam hitungan detik butir-butir hujan sudah terasa ebesar biji jagung, dan makin lama makin deras. Reno memacu sepeda motornya berharap bisa melewati hujan, tapi makin lama makin deras. Tidak ada rumah warga di sekitar kami, kami sedang berada di tengah perkebunan salak yang cukup luas.
“ kita berteduh dulu kak” Teriak reno dan langsung megarahkan motornya ke pinggir kiri jalan. Sedikit masuk dari jalan raya ada sebuah pondok kecil dengan atap seng yang sudah karatan. Seperti pondok tempat jualan yang sudah tidak digunakan lagi. Reno memarkirkan motornya persis didepan pondok, aku langsung masuk ke dalam. Pondok ini berdinding anyaman bambu di bagian belakang, ada pintu kecil dan jendela yang bisa di buka jika diangkat keatas. Ada sebuah dipan yang juga terbuat dari bambu di dalam pondok, bangku kayu di bagian luar. Sayangnya atap teras pondok ini sudah banyak bolong, jadi kami harus berteduh di dalam pondok. Kami hanya berdiri di pintu pondok, tidak benar-benar masuk kedalam. Reno membuka bajunya agar bisa di peras. Bajunya sudah lumayan basah. Sedangkan bajuku hanya basah sedikit karena tadi aku berlindung di belakang tubuh reno. reno menggantungkan bajunya di atas pintu pondok dan sekarang berdiri di depanku. Dada reno sudah mulai bidang dan berbentuk. Usianya yang masih 16 tahun memang sedang dalam pertumbuhan yang sangat pesat. Otot perutnya juga sudah mulai kelihatan. Sebentar lagi Reno bakal menjadi pria dewasa yang macho.
DUARRRRRRR

No comments:

Post a Comment