ini blog yang berisikan kisah-kisah seks sedarah. bagi agan-agan yang tidak berminat dengan konten ini silahkan di minati. wkwkwkw

Friday, February 19, 2016

DILEMA CINTA SIMALAKAMA V



“ itu tulisannya Reno, adik siska.”
DUUARRRR, aku bagai tersambar petir di siang bolong, petir berkekuatan sejuta volt dan menyambar tepat kejantungku, bagaimana karim bisa tahu. Sedangkan dia tidak mendengar apa yang katakan dengan Lita tadi. Tempat duduk kami berjauhan dan aku mengatakan dengan suara pelan. Aku angkat kepalaku dan menatap karim. Dia hanya tersenyum, senyuman kemenangan.
“ Reno yang menulis janji pesilat di ekstrakulikuler kami, di tulis dengan tulisan tangan dan di kopikan. Aku jadi hafal sama bentuk tulisannya. Dia juga pinter pak? Wajar kalau bisa menyelesaikan soal itu. Beda sama kakaknya. Hahaha” terang Karim panjang Lebar
“ Benar Itu siska?” Bentak pak Lubis
Aku kembali menunduk, aku menatap lantai, menghitung pasir di dekat kaki ku. Berusaha mengalihkan pikiranku dari pertanyaan pak Lubis.
“ Jawab saya siska? Apa kau sudah lupa cara bicara juga sekarang?” Lanjut pak Lubis
Suasana kelas kembali hening dan mencekam, tidak ada gunanya aku terus mematung dan jadi tontonan seluruh kelas karena kebodohanku. Aku harus hadapi ini.
“ benar pak” jawabku pelan.
“ Sekolah di mana adik mu?” lanjut pak Lubis
Kok nanya sekolah dimana? Bukanya tadi karim mengatakan kalau dia dan adikku satu ekskul, ya otomatis sekolah disini lah. Bego juga ni orang ya. Maki ku dalam hati.
“ sekolah di sini pak.” Jawabku pelan lagi. Bahkan pak lubis pun harus memasang telinganya untuk mendengarkan suaraku ini.
“itu orangnya pak, barusan lewat?” Teriak karim memecahkan keheningan. Anak bandel itu mau bikin aku makin tersudut.
Aku menoleh kearah pintu, memang terdengar suara beberapa siswa yang melintas di kelasku, sepertinya mereka mau keruangan seni di ujung koridor. Dan beberapa orang siswa yang lewat memang teman sekelas reno. Matilah aku, aku merasa bakal di telanjangi di muka umum.
“ Panggil dia?” perintah Pak Lubis.
Karim dengan sigap langsung keluar kelas. Berusaha memanggil adikku yang sudah melewati kelas kami. Sayup terdengar suara karim yang memanggilmanggil nama Reno. Aku menanti dengan cemas. Apa yang akan terjadi berikutnya.
Langkah kaki terdengar mendekati kelas, karim masuk sambil cengengesan. Dibelakangnya ada Reno. Reno masuk ke kelas, dan melihat ke arah ku sekilas yang masih berdiri diatas panggung kecil di bawah papan tulis.
“Kamu adik nya siska?” Pak lubis memulai interogasinya
“benar pak” jawab Reno santai
“ Kau kelas Berapa?”
“ saya kelas sepuluh A”
“ benar kamu yang mengerjakan ini?” lanjut pak Lubis sambil menyodorkan buku PR fisika ku ke pada nya. reno menerima buku tersebut, tapi tidak langsung menjawab pertanyaan pak lubis. Dia menatap ku. Tatapannya meminta bantuan jawaban. Jawaban untuk membelaku. Aku menggangguk pelan. Bibirku bergerak tanpa suara. Bahasa bibirku mengatakan bilang aja
Reno menghela nafas, dan menatap pak Lubis lagi.
“iya pak, saya yang mengerjakan. Malam tadi kak siska bilang dia kurang sehat, tapi dia masih berusaha mengerjakan PR nya. jadi dia sudah ketiduran sebelum bisa menyalin hasil nya ke buku Ini. Dia baru mengerjakan di kertas buram. Jadi saya Cuma menyalin hasil kerjaan kakak saya dari ekrtas buram ke buku ini.” Jelas Reno yang masih berusaha berbohong untuk membela ku.
“ hahaha begitu ya?” tawa pak lubis.
“ baiklah, sekarang masalah nya begini. Saya dan kakak kau berbeda pendapat, saya mengatakan bahwa jawaban ini salah. Sedangkan kakak kau mengatakan kalau jawabannya benar. Sampai sekarang kami belum sependapat tentang cara penurunan rumus itu. Coba kau katakan ke kakak kau ini kalau jawaban itu salah. Biar dia mengerti.”
Reno mengernyitkan keningnya, kemudian menatap tulisannku di papan tulis. Tak lama dia berbalik lagi ke arah pak Lubis.
“ saya rasa ini jawabannya benar pak?” Balas reno sengit,
“ Aduh, sama saja kau dan kakak kau ini. Coba jelaskan dimana benarnya?” Ada senyum simpul di bibirnya yang berusaha di tanah oleh pak lubis.
Sigap reno ambil spidol hitam yang terletak diatas meja, kemudian berbalik kepapan tulis. Buku PR ku tidak di pegangnya lagi. Reno melingkari beberapa rumus dan kemudian berbalik.
“ dalam soal ini yang di ketahui hanya berapa nilai gravitasi bumi dan bulan, sedangkan yang ditanyakan adalah pada jarak berapa besar gravitasi ini bernilai 0. Ada banyak masalah jika hanya melihat dari data dasar yang ada di soal ini. Dalam hukum newton 1 adalah semua benda yang bergerak akan terus bergerak, dan semua benda yang diam akan terus diam hingga ada gaya lain yang mempengaruhinya. Dengan demikian bahwa bisa diasumsikan masalah ini kedalam hukum newton1. Sigma f samadengan nol. nilai f atau gaya bisa kita ketahui dengan mengalikan nilai konstanta gravitasi dengan masa dibagi oleh jarak. Makanya disini dituliskan diketahui adalah nilai gravitasi, yang memang itu nilai konstanta. Ditanya jarak berapa gravitasi bernilai 0. Maksudnya benda yang berada pada jarak tersebut tidak tertarik kebumi dan tidak di tarik ke bulan. Kita ibaratkan dengan gambar ini.” Reno kemudian menggambakan sesuatu di papan tulis. Di mataku itu hanya berupa lingkaran besar dan lingkaran kecil yang ditenganya ada titik dan tanda panah. Aku lihat pak lubis dan teman-tamanku yang lain fokus mendengarkan penjelasan Reno.
“oke, anggap lingkaran ini adalah bumi, kita beri simbol satu dan lingkaran yang ini adalah bulan kita beri simbol 3, titik ini adalah partikel uji kita beri simbol 2. Titik inilah yang mau kita ketahui berada di posisi mana dia agar bisa berada di gravitasi nol” lanjut reno sambil meberikan penegasan-peneagasan pada gambal yang dia bikin.
“ agar resultan gaya gravitasi pada partikel uji bernilai nol, maka besar grafitasi bumi pada partikel uji harus sama dengan besar gaya gravitasi bulan pada partikel uji. Dan kedua gaya berlawanan arah. Seperti di simbolkan oleh kedua panah ini.” Intonasi suara reno meninggi di kata HARUS SAMA.
“ jadi kita bisa memasukkan nya ke dalam rumus, F atau gaya gravitasi sama dengan G atau nilai kontanta di kali massa satu dikali massa dua dibagi jarak” Reno mencoretkan sesuatu di sebalah tulisan rumusku di papan tulis. Tulisan buta yang kubuat tanpa tahu makna dari goresan tinta tersebut.
“ dengan asumsi sigma f sama dengan nol, maka f  satu dikurang f 2 sama dengan nol. atau dalam matematika nya f1 sama dengan f dua. Kita turunkan rumusnya ke rumus di atas. F adalah g dikali m1m2 per x begitu juga dengan f 2. “ kemudia reno menulisakan rumus yang panjang luar biasa dan sambil mengoceh dengan kata-kata alien yang tidak aku pahami. Mungkin hanya segelintir orang di kelas ini yang mengerti apa yang reno katakan.
“ sehingga kita bisa mendapatkan x1 adalah enampuluh juta empatratus tujuh puluh dua ribu empat ratus tujuh puluh delapan koma enam meter. ” Reno berbalik dan mengambil buku PR ku yang tadi berada di meja pak Lubis.
“ dan nilai ini sama dengan nilai yang di tuliskan oleh kak siska di buku ini begitu juga yang dia tuliskan di papan tulis, hanya saja di tuliskan dalam penyelesaian yang lebih sederhana.” Ujar Reno bijak sambil memperlihatkan buku PR ke kehadapan pak Lubis. Pak lubis mengambil buku itu, menatapnya sebentar kemudian menatap papan tulis.
Plok...plok...plok...
Pak Lubis bertepuk tangan, tak lama di ikuti oleh seluruh teman-temanku di dalam kelas. Aku bingung, dan mimik wajah Reno juga menunjukkan kebingungan. Dia menatap kearahku.
“ Hebat kau, hebat.” Tutur pak lubis
“ kau tahu, ini hanya pancingan saya, saya dan kakak kau ini dari tadi tidak pernah berdebat, dan ssaya tidak mengatakan kalau jawaban dia salah. saya sudah memberikan soal ini ke 3 kelas, dan hanya kakak kau ini yang benar semua, sayangnya ketika saya suruh dia mengerjakannya dan menjelaskannya di depan, Dia menjadi diam seribu bahasa, dan ternyata yang mengerjakannya adalah orang lain. Saya juga tidak yakin kalau kau yang mengerjakan ini seperti kata karim. Makanya ku pancing kau agar mau menjelaskan hasil nya. kalau saya suruh langsung kau pasti menolak, dan terus membela kakak mu seperti tadi.” Lanjut pak lubis. Dia berbicara sambil mukanya di maju-majukan ke arah Reno. reno jadi kelihat seperti terdesak.
“ tak ku sangka tak kuduga, ada berlian juga di sekolah ini. Hebat kau..kau hebat” puji pak Lubis dengan logat batak nya yang semakin kental. Di rangkulnya pundak reno dan di hadapkan ke seluruh kelas.
“ Ini adalah salah satu bukti bahwa fisika itu mudah, bisa dipahami oleh semua orang, asal kita menyukainya. Kalian semua kalau bisa contoh anak ini, meskipun baru kelas satu bisa mengerjakan soal kelas tiga. Contoh dia, jangan contoh kakaknya yang Cuma pandai bersolek saja”
Tawa pecah dikelasku, tawa ejekan yang di utarakan untuk ku, dan senyum kebanggaan untuk Reno. selalu seperti ini
“ tapi jangan salah pak, kakak ku ini suara nya sangat bagus, meskipun dia tidak bisa fisika, tapi kalau menyanyi dia bisa di sandingkan dengan Bunga citra lestari. Bukankah Aku kalau ada tugas kesenian selalu minta bantuan dia. kita semua memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.”
Jawaban Reno barusan sejenak mampu menghilangkan tawa ejekan di wajah pak Lubis. Dia jadi menatapku dan kembali metapa Reno.
“ Selain pintar, bijak juga kau ini. Memang langit bumi lah kalian berdua. Hahhaa” pak lubis kembali tertawa. 

No comments:

Post a Comment