Akupun menghentikan
kegiatan nenen tersebut, dan langsung mengubah posisiku menjadi posisi duduk,
di sampingku mama duduk dengan dada telanjang, kedua teteknya yang besar benar
– benar menantang, dengan puting yang dalam kondisi mengeras. Ugh…sabar dikit
kataku dalam hati.
”Sudah dulu ma
nenennya,” kataku santai. Sekilas aku merasa melihat raut muka mama sedikit
kecewa, namun mama bisa mengontrolnya dengan baik.
”Benar nih, memangnya sudah kenyang nenennya, Wan, katanya mau kayak anak kecil,” mama mencoba menetralkan dirinya dengan bercanda.
”Iya, tapi nanti – nanti boleh lagi ya ma, Irwan senang deh bisa nenen kayak dulu.”
”Iya, iya, boleh kok, mama juga seperti mengingat kamu waktu kecil dulu” kata mamaku lagi.
Sebenarnya aku sengaja berhenti, yang penting aku sudah mendapat jalan masuk untuk melaksanakan niatku. Aku pun terdiam dan menonton TV. Mama juga menonton TV, tapi entah lupa atau disengaja, tali baju tidurnya tidak segera ia naikkan, jadilah pemandangan tetek mama yang indah terpampang jelas di sampingku. Aku pura – pura saja seperti tidak ada apa – apa. tongkolku benar – benar keras sekali saat itu, karena mataku terus melirik tetek mama.
”Benar nih, memangnya sudah kenyang nenennya, Wan, katanya mau kayak anak kecil,” mama mencoba menetralkan dirinya dengan bercanda.
”Iya, tapi nanti – nanti boleh lagi ya ma, Irwan senang deh bisa nenen kayak dulu.”
”Iya, iya, boleh kok, mama juga seperti mengingat kamu waktu kecil dulu” kata mamaku lagi.
Sebenarnya aku sengaja berhenti, yang penting aku sudah mendapat jalan masuk untuk melaksanakan niatku. Aku pun terdiam dan menonton TV. Mama juga menonton TV, tapi entah lupa atau disengaja, tali baju tidurnya tidak segera ia naikkan, jadilah pemandangan tetek mama yang indah terpampang jelas di sampingku. Aku pura – pura saja seperti tidak ada apa – apa. tongkolku benar – benar keras sekali saat itu, karena mataku terus melirik tetek mama.
”Ma, Irwan sudah
ngantuk nih, tidur duluan ya. Irwan boleh tidur di kamar mama kan ?” tanyaku.
”Ya sudah, sana kamu duluan, iyalah boleh, biasanya juga sering tidur dikamar mama,” jawab mama.
”Ya sudah, sana kamu duluan, iyalah boleh, biasanya juga sering tidur dikamar mama,” jawab mama.
Akupun segera bangun,
dan langsung menuju kamar mama, sambil berjalan ke sana, aku tersenyum karena
sebentar lagi nampaknya rencanaku akan segera berhasil. Sesampainya di kamar
mama, aku segera membaringkan diri, sambil pura pura tidur, tongkolku sudah
lumayan tenang kini. Tidak berapa lama mama masuk ke dalam kamar, mama ke kamar
mandi sebentar, lalu naik ke tempat tidur, mengecup pipiku, mengira aku sudah
tidur. Ada sekitar setengah jam aku pura –pura tidur, aku juga tidak terlalu
yakin kalau mama sudah tidur pulas, tapi aku sudah menetapkan hati, Inilah saatnya,
sekarang atau tidak sama sekali, tidak boleh mundur lagi. Kulihat mata mama
masih terpejam. Rencanaku, kalau aku pura – pura nenen lagi, paling mama
berpikir karena aku lagi kolokan.
Akupun mulai
mendekatkan kepalaku ke arah mama yang sedang menghadap aku. Mula – mula aku
menghisap tetek mama tanpa menurunkan tali baju tidur mama. Mama diam
saja,tidak ada larangan. Tangankupun mulai berani menurunkan kedua tali baju
tidur mama. Mama diam saja, tidak ada larangan. Kini aku menghisap tetek mama
dengan bebasnya, tanganku yang satu mulai meremas – remas dan memainkan puting
tetek mama. Mama masih terpejam, tapi kurasakan tubuhnya mulai menggeliat.
”Ugh..Ooohh..,”terdengar
mama mendesah pelan. Aku makin bersemangat dan bergairah mendengarnya.
Mulutkupun mulai berpindah – pindah dari puting satu ke puting lainnya. Ada
sekitar 10 menit aku memainkan tetek mamaku, dengan kondisi mama tetap
terpejam. Tapi aku yakin mama belum tidur. Nampaknya mama menikmatinya. Akupun
makin berani dan tangankupun mulai bergerak ke bawah baju tidur mama, ke arah
selangkangan mama. Saat tanganku mendarat di atas celana dalamnya, tiba – tiba
tangan mama memegang tanganku, dan menepisnya dengan halus. Kini matanya tidak
terpejam lagi. Mama kini dalam posisi duduk di atas tempat tidur.
”Cukup Wan, jangan
lebih dari itu. Mama tahu dan mengerti kamu sudah besar, sudah masuk usia
remaja, mama juga paham kamu bilang mau nenen ke mama sebenarnya karena kamu
mulai ingin tahu tubuh wanita.” kata mama.
”Mama tidak keberatan kamu bermain – main dengan tetek mama, tapi jangan lebih dari itu ya Wan,”kata mama lagi.
”Tapi ma, kenapa harus begitu, mama jahat, kenapa mama seperti itu,” aku berargumen.
”Wan, aku ini mamamu, tidak boleh kita melakukan hal yang seperti kamu inginkan itu,”kata mama lagi.
”Mama bohong, sebenarnya mama menikmati kan. Sebenarnya mama juga inginkan,”aku terus menyerang pertahanan mamaku.
”Memang, tetapi hanya sampai batas itu, tidak bisa lebih jauh lagi,” jawab mama tenang.
”Irwan sayang mama, dan mama harus tahu itu, Irwan mau melindungi mama, tidak mau mama kecewa, juga mau mama menjadi yang pertama bagi Irwan, mama tidak akan kecewa atau disakiti lagi, karena Irwan menyayangi dan tidak akan pernah mau menyakiti hati mama.”
”Mama tidak keberatan kamu bermain – main dengan tetek mama, tapi jangan lebih dari itu ya Wan,”kata mama lagi.
”Tapi ma, kenapa harus begitu, mama jahat, kenapa mama seperti itu,” aku berargumen.
”Wan, aku ini mamamu, tidak boleh kita melakukan hal yang seperti kamu inginkan itu,”kata mama lagi.
”Mama bohong, sebenarnya mama menikmati kan. Sebenarnya mama juga inginkan,”aku terus menyerang pertahanan mamaku.
”Memang, tetapi hanya sampai batas itu, tidak bisa lebih jauh lagi,” jawab mama tenang.
”Irwan sayang mama, dan mama harus tahu itu, Irwan mau melindungi mama, tidak mau mama kecewa, juga mau mama menjadi yang pertama bagi Irwan, mama tidak akan kecewa atau disakiti lagi, karena Irwan menyayangi dan tidak akan pernah mau menyakiti hati mama.”
Hening sesaat,
nampaknya mama terguncang mendengar kata – kataku, mama terdiam dan menundukkan
kepalanya, kulihat mama meneteskan air matanya. Aku terkejut dan segera
bangkit, aku peluk mamaku.
”Ma, mama marah yah…?”
”Tidak sayang, mama tidak marah, justru mama bahagia, karena Irwan menyayangi dan amat perhatian sama mama. Benar – benar tidak mau mama kecewa lagi.”
Lalu mama juga memelukku, lama kami saling bepelukkan, kemudian mama berkata kembali, ”Mama senang dan sekaligus bingung, karena kamu memilih mama sebagai yang pertama dalam hidupmu. Seharusnya kamu memilih gadis lain Wan.”
”Ma, bagi Irwan, mamalah yang terbaik, mamalah yang harus memiliki Irwan pertama kali, tidak ada penyesalan, bahkan Irwan akan merasa bahagia ma.”
”Tidak sayang, mama tidak marah, justru mama bahagia, karena Irwan menyayangi dan amat perhatian sama mama. Benar – benar tidak mau mama kecewa lagi.”
Lalu mama juga memelukku, lama kami saling bepelukkan, kemudian mama berkata kembali, ”Mama senang dan sekaligus bingung, karena kamu memilih mama sebagai yang pertama dalam hidupmu. Seharusnya kamu memilih gadis lain Wan.”
”Ma, bagi Irwan, mamalah yang terbaik, mamalah yang harus memiliki Irwan pertama kali, tidak ada penyesalan, bahkan Irwan akan merasa bahagia ma.”
No comments:
Post a Comment