Namaku sandi dan aku dilahirkan dari keluarga yang sederhana dan kini usiaku
menginjak 21 tahun, ibuku sekitar 42 tahun, sementara bapakku telah lama
bercerai dan tinggal dengan istri mudanya. Aku tinggal bersama ibu dirumah
karena kakak perempuanku sudah merantau ke jakarta. Kehidupanku tidak ada yang
aneh, aku bekerja di sebuah pabrik dan ibuku hanya dirumah sebagai ibu rumah
tangga dan juga bidan desa. Keseharian ibuku selain menjaga klinik yang buka di
rumah hanya masak mencuci bersih-bersih dan ngobrol dengan para ibu-ibu
tetangga. Ibuku mengenakan jilbab pada saat diluar rumah, dan tetangga biasa
memanggil ibuku dengan panggilan bu erni.
Aku tidak pernah berkelakuan aneh-aneh diluar, bahkan dirumah pun aku
termasuk anak yang baik, sering aku ikut membantu ibu apabila sedang libur atau
dirumah. Cerita ini sebenarnya belum pernah ada yang tahu dimana aku yang
semula anak baik tiba-tiba menjadi anak yang bejat dan memiliki nafsu untuk
menyetubuhi ibu sendiri. Terkadang aku menyesal kenapa bisa terjadi hal tabu
seperti ini, dan rasanya sulit untuk menghentikan godaan nafsuku yang besar
terhadap ibuku.
Tak ada asap jika tak ada api, peribahasa itu benar adanya. Tak mungkin aku
punya nafsu terhadap ibuku sendiri bila tak ada yang memulainya. Awal mulanya
adalah ketika libur aku sedang mencuci motor di teras depan, kebetulan rumah
kami ada di dalam gang sempit dimana kanan kiri depan belakang rumah cukup
rapat dengan bangunan. Siang itu tetangga depan rumahku yang bernama mbak kinan
yang sudah punya anak satu sedang menjemur pakaian sehabis mencuci. Entah
kenapa aku tiba-tiba terangsang melihat dia menjemur celana dalamnya,kulihat
lekukan tubuhnya nampak jelas dan mataku tertuju pada paha gempalnya yang
terlihat menggoda dengan dibalut celanan kolor pendek diatas lutut.
Aku hanya melihat sekilas saja namun reaksi pada penisku langsung terasa.
Setelah mencuci motor aku bergegas mandi dan berusaha melupakan kejadian
tersebut. Namun sialnya moment itulah yang ternyata jadi pemicu gairah
seksualku. Aku jadi sering curi-curi pandang dibalik jendela rumahku pada
ibu-ibu tetanggaku ini ketika mereka sedang asik mengobrol. Kuperhatikan
satu-persatu, ada yang masih usia 30an sampai 40an. Kegiatan curi-curi pandang
ini jadi sesuatu yang menyenangkan bagiku. Pada akhirnya onani lah senjata
ampuh bagiku untuk melepas keinginan bercinta, dan sudah pasti objek onaniku
adalah para ibu-ibu tetangga ini.
Sebulan lebih aku menekuni ‘hobi’ baruku ini, sampai tiba suatu ketika ibuku
juga ikut ngobrol di depan rumah ngerumpi dengan ibu-ibu lainnya. Ketika
pandangan mataku tertuju pada ibuku seketika aku merasa ada getaran aneh,
antara takut, merasa tidak sopan, namun disatu sisi aku juga merasa horny
terhadap ibuku sendiri, padahal ibuku ini rapat berjilbab. Aduuuh… Ini tidak
boleh…tidak boleh… Batinku dalam hati, namun berulang kali aku mengalihkan
pandangan tetap saja saat melihat ibukulah jantungku lebih berdetak kencang.
Masak iya sih nafsu sama ibu sendiri. Antara pikiram bimbang dan godaan nafsu
berkecamuk dalam diriku. Aku memutuskan pergi ke kamar nonton tv untuk
mengalihkan pikiranku, namun ternyata percuma kembali bayangan ibuku muncul
dipikiran, penisku pun tidak kunjung menciut. Padahal ibu tidak menggunakan
pakaian seksi, bahkan sangat tertutup dan sopan.
Aku kembali ke balik kaca rumahku sambil memandangi ibuku lagi yang sedang
ngobrol, kuperhatikan lebih detail dari sudut wajah mata lalu ke bibir, aku
perhatikan terus area bibir lidah dan mulutnya, tidak terasa penisku berdiri
kencang hanya memandang ibuku saja. Aku mulai membayangkan bagaimana jika bibir
itu kusentuh, kukecup dan kulumat, aku mainkan lidahku didalam mulutnya,
menyapu gigi-giginya dan merasakan serta menelan liurnya. Aku bisa melihat
jelas rongga mulut ibuku ketika dia berbicara dan tertawa. Ahh…aku tidak tahan
lagi dan aku segera menuntaskan nafsuku lewat onani.
Hari demi hari aku lalui, saat ini aku mulai terobsesi pada ibuku sendiri,
mulai sering mengamatinya ketika memasak, mencuci duduk bahkan ketika tidurpun
aku perhatikan. Sungguh menyenangkan dan sangat memicu adrenalin ketika aku
horny pada ibuku sementara aku juga takut dan tidak berani menunjukkan
ketertarikanku secara seksual kepada ibu.
Hal pertama yang aku eksplorasi dari ibuku adalah celana dalam, ibuku biasa
menyimpan pakaian yang sudah dipakai didalam ember kamar mandi. Dan area ini
sangat aman dan menyenangkan buatku. Ketika mandi biasanya aku mengambil celana
dalam ibu yang habis pakai, ada aroma kuat dan khas vagina wanita yang bikin
aku bernafsu. Kuhirup dalam-dalam meresapi aroma kewanitaan yang muncul dari
barang tersebut, dan biasanya aku sambil onani membayangkan aku sedang
menjilati dan menghirup kemaluan ibuku. Rutinitas kamar mandi ini aku lalui
hingga berbulan-bulan. Selebihnya aku belum berani berbuat lebih pada ibuku
apalagi kontak fisik, maka celana dalam ibukuah yang jadi pelampiasanku, itupun
tidak berani kusemprotkan spermaku. Aku masih menganggap akan sangat bahaya
kalau ibu melihat celana dalamnya tercecer sperma, oleh sebabnya aku lebih
memilih menembakkan cairan sperma di lantai kamar mandi. Untuk saat ini aku
sudah puas dengan cara seperti itu. Namun dikemudian hari obsesiku semakin
menjadi dan
tentunya aku terus meningkatkan eksplorasi seksualku terhadap ibuku.
tentunya aku terus meningkatkan eksplorasi seksualku terhadap ibuku.
Mungkin benar kata orang, bahwa gairah seksual adalah candu, dari waktu ke
waktu dosisnya dirasa ingin ditambah terus. Itu pula yang aku alami saat ini,
aku sudah mulai agak susah orgasme hanya dengan menciumi aroma celana dalam
bekas pakai ibuku. Aku butuh sesuatu yang lebih sebagai bahan inspirasi
seksualku dan merasakan sensasi yang lain lagi. Aku mulai mencari-cari apa yang
bisa aku jadikan objek fantasi seksualku terhadap ibuku. Kalau memandangi ibuku
secara langsung fokus dan terarah pada otak serta membayangkan ibuku dengan
sudut pandang seksualitas jujur aku belum berani, ada rasa was-was sendiri
manakala aku berhadapan langsung dengan ibuku entah dalam keadaan bicara
langsung atau sekedar melihat sekilas pada tubuh ibuku.
Secara realita aku tidak punya nyali untuk itu, kalo boleh dibilang jujur
mustahil di kehidupan ini menempatkan ibu kandung kita dalam frame satu ranjang
beradegan intim dengan anak sendiri. Meski demikian tidak sedikit orang yang
mengalami hal yang sama denganku yaitu terobsesi secara seksual terhadap ibu
kandungnya sendiri, dan hampir dipastikan semua juga hanya sebatas fantasi
seksual atau hanya sebatas mengeksplorasi barang-barang pribadi seperti celana
dalam, bra dan pakaian, termasuk diriku.
No comments:
Post a Comment