ini blog yang berisikan kisah-kisah seks sedarah. bagi agan-agan yang tidak berminat dengan konten ini silahkan di minati. wkwkwkw

Saturday, December 19, 2015

Kusetubuhi ibuku dalam tidurnya

Namaku sandi dan aku dilahirkan dari keluarga yang sederhana dan kini usiaku menginjak 21 tahun, ibuku sekitar 42 tahun, sementara bapakku telah lama bercerai dan tinggal dengan istri mudanya. Aku tinggal bersama ibu dirumah karena kakak perempuanku sudah merantau ke jakarta. Kehidupanku tidak ada yang aneh, aku bekerja di sebuah pabrik dan ibuku hanya dirumah sebagai ibu rumah tangga dan juga bidan desa. Keseharian ibuku selain menjaga klinik yang buka di rumah hanya masak mencuci bersih-bersih dan ngobrol dengan para ibu-ibu tetangga. Ibuku mengenakan jilbab pada saat diluar rumah, dan tetangga biasa memanggil ibuku dengan panggilan bu erni.
Aku tidak pernah berkelakuan aneh-aneh diluar, bahkan dirumah pun aku termasuk anak yang baik, sering aku ikut membantu ibu apabila sedang libur atau dirumah. Cerita ini sebenarnya belum pernah ada yang tahu dimana aku yang semula anak baik tiba-tiba menjadi anak yang bejat dan memiliki nafsu untuk menyetubuhi ibu sendiri. Terkadang aku menyesal kenapa bisa terjadi hal tabu seperti ini, dan rasanya sulit untuk menghentikan godaan nafsuku yang besar terhadap ibuku.
Tak ada asap jika tak ada api, peribahasa itu benar adanya. Tak mungkin aku punya nafsu terhadap ibuku sendiri bila tak ada yang memulainya. Awal mulanya adalah ketika libur aku sedang mencuci motor di teras depan, kebetulan rumah kami ada di dalam gang sempit dimana kanan kiri depan belakang rumah cukup rapat dengan bangunan. Siang itu tetangga depan rumahku yang bernama mbak kinan yang sudah punya anak satu sedang menjemur pakaian sehabis mencuci. Entah kenapa aku tiba-tiba terangsang melihat dia menjemur celana dalamnya,kulihat lekukan tubuhnya nampak jelas dan mataku tertuju pada paha gempalnya yang terlihat menggoda dengan dibalut celanan kolor pendek diatas lutut.
Aku hanya melihat sekilas saja namun reaksi pada penisku langsung terasa. Setelah mencuci motor aku bergegas mandi dan berusaha melupakan kejadian tersebut. Namun sialnya moment itulah yang ternyata jadi pemicu gairah seksualku. Aku jadi sering curi-curi pandang dibalik jendela rumahku pada ibu-ibu tetanggaku ini ketika mereka sedang asik mengobrol. Kuperhatikan satu-persatu, ada yang masih usia 30an sampai 40an. Kegiatan curi-curi pandang ini jadi sesuatu yang menyenangkan bagiku. Pada akhirnya onani lah senjata ampuh bagiku untuk melepas keinginan bercinta, dan sudah pasti objek onaniku adalah para ibu-ibu tetangga ini.
Sebulan lebih aku menekuni ‘hobi’ baruku ini, sampai tiba suatu ketika ibuku juga ikut ngobrol di depan rumah ngerumpi dengan ibu-ibu lainnya. Ketika pandangan mataku tertuju pada ibuku seketika aku merasa ada getaran aneh, antara takut, merasa tidak sopan, namun disatu sisi aku juga merasa horny terhadap ibuku sendiri, padahal ibuku ini rapat berjilbab. Aduuuh… Ini tidak boleh…tidak boleh… Batinku dalam hati, namun berulang kali aku mengalihkan pandangan tetap saja saat melihat ibukulah jantungku lebih berdetak kencang. Masak iya sih nafsu sama ibu sendiri. Antara pikiram bimbang dan godaan nafsu berkecamuk dalam diriku. Aku memutuskan pergi ke kamar nonton tv untuk mengalihkan pikiranku, namun ternyata percuma kembali bayangan ibuku muncul dipikiran, penisku pun tidak kunjung menciut. Padahal ibu tidak menggunakan pakaian seksi, bahkan sangat tertutup dan sopan.
Aku kembali ke balik kaca rumahku sambil memandangi ibuku lagi yang sedang ngobrol, kuperhatikan lebih detail dari sudut wajah mata lalu ke bibir, aku perhatikan terus area bibir lidah dan mulutnya, tidak terasa penisku berdiri kencang hanya memandang ibuku saja. Aku mulai membayangkan bagaimana jika bibir itu kusentuh, kukecup dan kulumat, aku mainkan lidahku didalam mulutnya, menyapu gigi-giginya dan merasakan serta menelan liurnya. Aku bisa melihat jelas rongga mulut ibuku ketika dia berbicara dan tertawa. Ahh…aku tidak tahan lagi dan aku segera menuntaskan nafsuku lewat onani.
Hari demi hari aku lalui, saat ini aku mulai terobsesi pada ibuku sendiri, mulai sering mengamatinya ketika memasak, mencuci duduk bahkan ketika tidurpun aku perhatikan. Sungguh menyenangkan dan sangat memicu adrenalin ketika aku horny pada ibuku sementara aku juga takut dan tidak berani menunjukkan ketertarikanku secara seksual kepada ibu.
Hal pertama yang aku eksplorasi dari ibuku adalah celana dalam, ibuku biasa menyimpan pakaian yang sudah dipakai didalam ember kamar mandi. Dan area ini sangat aman dan menyenangkan buatku. Ketika mandi biasanya aku mengambil celana dalam ibu yang habis pakai, ada aroma kuat dan khas vagina wanita yang bikin aku bernafsu. Kuhirup dalam-dalam meresapi aroma kewanitaan yang muncul dari barang tersebut, dan biasanya aku sambil onani membayangkan aku sedang menjilati dan menghirup kemaluan ibuku. Rutinitas kamar mandi ini aku lalui hingga berbulan-bulan. Selebihnya aku belum berani berbuat lebih pada ibuku apalagi kontak fisik, maka celana dalam ibukuah yang jadi pelampiasanku, itupun tidak berani kusemprotkan spermaku. Aku masih menganggap akan sangat bahaya kalau ibu melihat celana dalamnya tercecer sperma, oleh sebabnya aku lebih memilih menembakkan cairan sperma di lantai kamar mandi. Untuk saat ini aku sudah puas dengan cara seperti itu. Namun dikemudian hari obsesiku semakin menjadi dan
tentunya aku terus meningkatkan eksplorasi seksualku terhadap ibuku.
Mungkin benar kata orang, bahwa gairah seksual adalah candu, dari waktu ke waktu dosisnya dirasa ingin ditambah terus. Itu pula yang aku alami saat ini, aku sudah mulai agak susah orgasme hanya dengan menciumi aroma celana dalam bekas pakai ibuku. Aku butuh sesuatu yang lebih sebagai bahan inspirasi seksualku dan merasakan sensasi yang lain lagi. Aku mulai mencari-cari apa yang bisa aku jadikan objek fantasi seksualku terhadap ibuku. Kalau memandangi ibuku secara langsung fokus dan terarah pada otak serta membayangkan ibuku dengan sudut pandang seksualitas jujur aku belum berani, ada rasa was-was sendiri manakala aku berhadapan langsung dengan ibuku entah dalam keadaan bicara langsung atau sekedar melihat sekilas pada tubuh ibuku.
Secara realita aku tidak punya nyali untuk itu, kalo boleh dibilang jujur mustahil di kehidupan ini menempatkan ibu kandung kita dalam frame satu ranjang beradegan intim dengan anak sendiri. Meski demikian tidak sedikit orang yang mengalami hal yang sama denganku yaitu terobsesi secara seksual terhadap ibu kandungnya sendiri, dan hampir dipastikan semua juga hanya sebatas fantasi seksual atau hanya sebatas mengeksplorasi barang-barang pribadi seperti celana dalam, bra dan pakaian, termasuk diriku.

No comments:

Post a Comment